Breaking

Wednesday, January 27, 2016

Mujizat Alqur'an




I.       PENDAHULUAN

Al Qur’an al karim memilki kedudukan yang fundamental dalam agama Islam. Al-Qur,an merupakan sumber hukum pertama dan yang paling utama bagi umat islam. Semua hukum yang berlaku dalam islam tidak boleh bertentangn dengan Al-Qu’an untuk menurunkan hukum yang lainnya.


Di samping Alqur’an sumber hukum islam, alquran juga merupakan mukjizat nabi Muhammad saw yang terbesar dibandingkan dengan kemukjizatan nabi Muhammad yang lainnya atau juga bila dibandinkan dengan kemukjizatan nabi-nabi yang lain. Kemukjizatan alqur’an belaku sepanjan zaman tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Ini tentu berbeda dengan mukjizat-mukjizat yang lainnya.

Ada banyak aspek yang menjadikan al-Qur’an sebagai suatu mukjizat. Aspek tersebut antara lain dari segi bahasa, isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi pemberitaan yang gaib. Disamping aspek tersebut, banyak aspek lain yang menunjukan kemukjizatan al-Qur’an antara lain tentang al-qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan juga pengaruh terhadap psikologis dan jiwa manusia baik yang mendengar, membaca atau memahaminya.

Alqur’an adalah mukjizat abadi nabi Muhammad saw yang dengannya seluruh umat manusia dan jin ditantang untuk membuat yang serupa alqur’an, sebuah atau sepuluh surah yang sama dengan surah yang  yang ada didalamnya.[1] Banyak orang-orang yang ragu terhadap kebenaran dan kemukjizatan alquran dari zaman dahulu hingga sekarang. Banyak diantara mereka yang mengira bahwa alqur’an hanyalah bikinan nabi Muhammad saw bukan sebagai wahyu Allah swt. Oleh karenanya itulah Allah swt memberikan tantangan terhadap orang yang yang meragukan al-Qur’an.

II.    RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam pembahasan makalah kali akan dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
A.    Bagaimanakah Tinjauan umum tentang I’jaz al-Qur’an?
B.     Apa Tujuan dan Peranan I’jaz al-Qur’an?
C.     Bagaimanakah Tahapan dan kadar Mukjizat al-Qur’an?
D.    Apa sajakah Macam-macam Kemukjizatan al-Qur’an?

III. PEMBAHASAN

A.    Tinjauan umum tentang I’jaz al-Qur’an

Kata mukjizat terambil dari kata bahasa arab اعجز(a’jaza) yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz dan apabila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkan lawan, ia dinamai معجزة (Mu’jizat). Oleh pakar islam, Mukjizat didefinisikan sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan bagi yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut.[2]

Jika kita berkata “Mukjizat Al-Qur’an”, ini berarti mukjizat tersebut merupakan mukjizat yang dimilki atau yang terdapat di dalam Al-Qur’an, bukannya bukti kebenaran yang datang dari luar Al-Qur’an atau faktor luar.

Para ulama menegaskan bahwa al-Qur’an dapat dipahami sebagai nama keseluruhan firman Allah tersebut, tetapi juga dapat bermakna sepenggal dari ayat-ayat-Nya. Dalam konteks kemukjizatan Al-Qur’an. Maka yang dimaksud dengan al-Qur’an adalah minimal satu surah pendek, atau tiga ayat, atau satu ayat yang panjang seperti ayat “al-Kursi”.[3]

Kemukjizatan alqur’an meliputi banyak aspek mulai dari kebahasaan, astronomi, geografi, kedokteran dan lain sebagainya. Kemukjizatan al-Qur’an terus tergali seiring dengan berkembangnya zaman dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi dengan ditemukannya penemuan-penemuan ilmiah tentang alam jagat raya ini dan penemuan lainnya, ternyata telah lebih dahulu diungkapkan oleh al-Qur’an sejak beberapa abad yang lalu sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini. Sehingga muncullah I’jaz ilmi (yang berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).

B.     Tujuan dan Peranan I’jaz al-Qur’an

Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Keluarbiasaan yang tampak atau terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan Tuhan. Mukjizat walaupun dari segibahasa berarti melemahkan, sebagaimna disebutkan tadi, ia sama sekali tidak dimaksudkan untuk melemahkan atau membuktikan ketidakmampuan yang ditantang. Mukjizat ditampilkan oleh Tuhan melalui hamba-hamba pilihannya untuk membuktikan kebenaran ajaran ilahi yang dibawa oleh masing-masing nabi. Jika demikian halnya pasti mengandung dua konsekuensi.[4]
1.      Pertama, bagi yang telah percaya kepada nabi, maka ia tidak lagi membutuhkan mukjizat. Mukjizat yang dialaminya hanya berfungsi segai penguat keimanan serta keyakinan akan kekeuasaan Allah swt.
2.      Kedua, para nabi sejak Adam a.s. hingga isa a.s. diutus untuk suatu kurun tertentu serta masyarakat tertentu. Tantangan yang mereka kemukakan sebagai mukjizat pasti tidak dapat dilakukan oleh umatnya. Keberadaan mukjizat ini sebagai bentuk tantangan bagi mereka yang meragukan kebenaran kenabiannya tersebut.

Setiap Rosul mempunyai mukjizat yang sesuai dengan keadaan kaum dan masa risalahnya. Rosul-rosul sebelum nabi Muhammad saw diutus hanya untuk suatu kaum tertentu dan masa tertentu.[5] Ketika manusia menyelewengkan (mengubah) agama Allah, Dia mengutus seorang Rosul lain dengan agama yang diridhoi-Nya beserta mukjizat-Nya yang baru. Ketika Allah mengakhiri kenabian dengan nabi Muhammad saw, Dia menjamin untuk menjaga agamanya dan menguatkannya dengan bukti terbesar yang selalu ada di antara manusia hingga akhir zaman yaitu dengan menurunkannya al-Quran. Al-Qur’an merupakan wahyu allah swt dan merupkan salah satu mukjizat yang diberikan kepada nabi Muhammad saw. Sebagaimana firman Allah swt dalam Surah Al-Ankabut: 50-51
Dan orang-orang kafir Makkah mengatakan’ “Mengapa kepadanya tidak diturunkan mukjizat-mukjizat dari Tuhannya? Katakanla: “Sesungguhnya mukjizat-mukjizat tersebut terserah kepad Allah, dan sesungguhnya (Muhammad) hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata. Dan apabila tidak cukup bagi mereka bahwa kami telah menurunkan kepadamu Alkitab (al-Qur’an) dan ia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya di dalam Al-Qur’an rahmat yang besar dan peringatan bagi orang-orany yang beriman.

C.    Tahapan dan Kadar Mukjizat al-Qur’an

Ada empat tahapan dan kadar Mukjizat terhadap orang-orang yang meragukan tentang kebenaran Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya.

Pertama kali Allah swt menantang untuk membuat semacam keseluruhan al-Qur’an sebagaimana yang dipahami dari surah At-Thur (52):33-34;
Ataukah mereka menyatakan bahwa di (Muhammad) membuat-buatnya. Sebenarnya mereka tidak beriman, maka hendaklahmereka mendatangkanucapan semisal Al-Qur’an jika mereka orang-orang yang benar (dalam tuduhan mereka)

Dalam tantangan pertama ini mereka tidak sanggup untuk melakukannya. Mereka berdalih bahwa mereka tidak mengetahui sejarah umat terdahulu (yang merupakan salah satu bagian kandungan dalam al-Qur’an). Karena tantangan pertama ini tidak mampu untuk dilayani oleh mereka yang meragukannya, maka Allah swt meringan tantangan tersebut dengan tantangan yang kedua.

Tantangan kedua sebagaimna tercantum dalam surah Hud (11):13,

Bahkan mereka mengatakan, “Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al-Qur’an, (lalu dikatakannya bahwaitu dari Tuhan). “Katakanlah, ‘(kalau demikian) maka datangkanlah sepuluh surat sajayang dibuat-buat yang menyamainyadan panggillah orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain Allah jika kamu memang benar (dalam tuduhan kamu)

Setelah tantangan kedua ini pun tidak sanggup mereka hadapi dan mereka bersikeras tidak mau mengakui kebenaran al-Qur’an dan masih menganggap bahwa al-Qur’an hanyalah bikinan Muhammad saja, maka datanglah tantangan yang ketiga. Dalam tantangan yang ketiga ini, tantangannya lebih ringan daripada dua tantangn sebelumnya sebagaimna yang diterangkan dalam Al-Qur’an Surah Yunus (10): 38,
Atau patutkah mereka berkata, “ Dia (Muhammad) membuat-buatnya? “Katkanlah (kalau benar tuduhan kamu itu), maka buatlah saru surah semacamnya dan panggillah siapapun yang dapat kamu panggil selain Allah, jika kamu benar (dalam tuduhanmu).

Tiga tahapan tantangan tersebut, yang kesemuannya disampaikan Nabi Muhammad saw ketika masih berada di Makkah. Masih ditambah lagi dengan tantangan yang keempat yang kali ini dikemukakakn ketika Nabi saw telah berhijrah ke Madinah. Tantang nabi tersebut telah dibadikan oleh al-Qu’an dalam Suarh Al-Baqarah(2):23,
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad saw), buatlah walu satu surah yang lebih kurang semisal Al-qur’an. Ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu memang orang-orang yang benar (dalam keraguan kamu)

Ayat 23 surah Al-Baqarah ini hampir mirip redaksinya dengan Surah Yunus ayat 38. Perbedaann kedua ayat ini terletak pada penggunaan kata min dalam Surah Al-baqarah ayat 23. Min disini diartika sebagai “kurang lebih”, sehingga tantangan ini lebih ringan daripada tantangan sebelumnya yang menuntut untuk membuat sesuatu yang bobotnya sama dengan al-Qur’an.

Semua tahapan tantangan tersebut, tidak ada satupun tantangan yang berhasil dilayani. Memang sejak awal telah menegaskan bahwa,

Katakanlah (hai Muhammad), “sSesungguhnya jika manusiadan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya tidak akan dapat mebuat yang seripa dengannya sekalipun sebagian merka menjadi pembantu sebagian yang lain.

Setelah semua tantang itu tidak ada satupun yang bisa dilakukan, maka Allah swt menutup pernyataan dengan sangat tegas dan jelas yang tidak hanya ditujukan kepada mereka yang hidup pada masa turunnya al-Qur’an, tetapi juga ditujukan kepada seluruh umat manusia yang meragukan tentang kebenarana al-Qur’an
Maka, jika kamu tidak dapat membuat (semacam al-qur’an) dan pastikamu tidak akan mampu, peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.

Tantangan yang sangat jelas dan tegas ini tidak mungkin dilakukan oleh seorang manusia biasa yang menantang seluruh umat manuasia dan jin dari zaman dulu hingga akhir zaman. Hal ini hanya mugkin dilakukan oleh suatu dzat yang maha kuasa dan dan tak terbatas sgala ilmu pengetahuannya. Hal ini mengaskan bahwa al-Qur,an merupkan wahyu allah swt dan merupkan salah satu mukjizat yang diberikan kepada nabi Muhammad saw. Sebagaimna firman Allah swt dalam Surah Al-Ankabut: 50-51
Dan orang-orang kafir Makkah mengatakan’ “Mengapa kepadanya tidak diturunkan mukjizat-mukjizat dari Tuhannya? Katakanla: “Sesungguhnya mukjizat-mukjizat tersebut terserah kepad Allah, dan sesungguhnya (Muhammad) hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata. Dan apabila tidak cukup bagi mereka bahwa kami telah menurunkan kepadamu Alkitab (al-Qur’an) dan ia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya di dalam Al-Qur’an rahmat yang besar dan peringatan bagi orang-orany yang beriman.

D.    Macam-macam Kemukjizatan al-Qur’an
I’jaz alqur’an terdiri dari beberapa macam. Diantara I’jaz alqur’an adalah I’jaz balaghi, I’jaz mengenai berita gaib, I’jaz tasyri’i (perundang-undangan) dan I’jaz ilmi dengan berbagai macamnya seperti I’jaz al-thibbi (kedokteran), I’jaz al-falaki (astronomi), I’jaz al-jughrafi (geografi), I’jaz  at-thabi’I (fisika), I’jaz ‘adadi (jumlah), I’jaz I’lami (informasi) dan I’jaz lain-lainnya.[6]

1.      Di tinjau dari segi balaghi (kebahasaan)
Kalimat-kalimat dalam al-Qur’an adalah kalimat-kalimat yang menakjubkan, yang berbeda sekali dengan kalimat yang dliuar al-Qur’an. Ia mampu mengeluarkan sesuatu yang abstrak kepada fenomena yang dapat dirasakan sehingga di dalamnya dapat dirasakan ruh dinamika.[7] Al-jahidh memandang bahwa rahasia I’jaz al-Qur’an  pada susunan bahsanya yang indah dan pada komposisinya yang menakjubkan. Mengenai hal ini mengatakan bahwa al-Qur’an adalah kalam yang berbeda dengan seluruh kalam yang lain, baik puisi maupun prosa. Al-Qur’an merupakan kalam yang tidak bersajak yang berbeda dengan syair dan sajak.

Menurut Quraish Shibab dalam bukunya Mukjizat Al-Qur’an, ada banyak aspek kebahasaan yang menjadikan al-qur’an sebagai mikjizat.  Aspek kindahan bahasa alqur’an bisa dilhat dari beberapa hal antara lain nada dan langgamnya, isinya singkat dan padat, memuaskan para pemikir dan orang kebanyakan, memuaskan akal dan jiwadan yang terakhir keindahan dan ketepatan maknanya.[8]
2.      Isyarat-isyarat ilmiah al-Qur’an
Ada banyak isyarat-isyarat ilmiah di dalam al-Qur’an yang telah dibuktikan melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Isyarat-isyarat ilmiah tersebut antara lain dalam bidang astronomi, reproduksi, biologi, fisika, geografi dan lain sebagainya sebagaimana yang diterangkan oleh Dr. Nadiah Thayyarah dalam bukunya “ Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an, Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Tuhan”. Dalam buku tersebut, Dr. Nadiah Thayyarah diterangkan secara mendetail fakta-fakta ilmiah yang terdapat dalam al-Qur’an.
a.       Rotasi Bumi 
Dan kamu Lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di tempatnya, Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Sejak semula manusia beranggapan bahwa bumi tempat mereka berpijak adalah pusat alam semesta dan tidak bergerak. Gugusan bintang-bintang di langitlah yang bergerak mengelilingi bumi. Teori ini dikenal dengan nama heliosentris yang bertahan lebih kurang 1.300 tahun lamanya.[9]. Baru akhirnya sekita abad ke 17, Keppler, seorang ilmuwan menemukan bukti ilmiah bahwa segala sesuatu yang ada di mayapada, seperti bintang dan planet-planet, berotasi dan berevolusi di lintasannya sendiri.
b.      Sidik jari dan kepribadian manusia
Aku bersumpah demi hari kiamat, Aku aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri). Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?. Bukan demikian, sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.(al-Qiyamah:1-4)

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil mengungkap rahasia di balik sidik jari pada abad ke-19. Terungkap bahwa garis-garis halus yang ada di ujung jari (banan) seseorang berbeda dengan yang dimilki oleh orang lain. Di sana ada tiga jenis garis , garis melengkung, garis melingkar dan garis meliuk-liuk atau garis kompleks karena tersusun dari beragam bentuk garis.
c.       Saudara sepersusuan haram dinikahi
3.      Pemberitaan ghaib al-qur’an
a.       Berita tenggelam dan selamatanya badan Fir’aun
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". Apakah sekarang (baru kamu percaya), Padahal Sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.

Yang perlu digaisbawahi dalam konteks pembicaraan ini adalah “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu”.
Memang orang mengetahui bahwa Fir’aun tenggelam dilaut merahketika mengejar nabi Musa, tetapi menyangkut keselamatan badannya dan menjadi pelajaran bagi generasisesudahnya merupakan satu hal yang tidak diketahui siapa pun pada masa nabi Muhammad saw, bahkan tidak disinggung oleh Kitab Perjanjian Lama atau Perjanjian baru.
b.      Kemenangan Romawai setelah kekalahannya
Alif laam Miim (1). telah dikalahkan bangsa Rumawi (2). Di negeri yang terdekat[1162] dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang (3). Dalam beberapa tahun lagi[1164]. bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, (4) Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang (5).

Pada abad kelima dan keenam masehi terdapat dua kerajaan adikuasa, Romawi yang beragama Kristen dan Persia yang beragama menyembah api. Persaingan antara keduanya dalam perebutan kekuasan dan pengaruh amat keras. Bahkan peperangan sering tak terhindarkan.
Pada tahun 614 M terjadi peperangan antara kedua kerajaan tersebut dengan kekalahan Romawi. Ketika itu kaum muslimin di ejek kaum musyrik Mekkah karena mengharapakan kemenangan Romawi. Kemudia Allah menghibur mereka dan turunlah syat tersebut. dan sejarah menginformasikan bahwa setelah tujuh tahun kekalahannya, tepatnya pada tahun 622 M, terjadi lagi peperangan keduanya dan kemudian dimenangkan oleh Romawi.
4.      I’jaz ‘Adadi
Adanya I’jaz ‘Adadi dalam al-Qur’an telah terbukti dan telah diketahui secara luas oleh umat islam khususnya dan oleh dunia ilmu pengetahuan pada umumnya. Dr. Rasyifa menemukan angka kunci 19 dalam sistem hitung Al-Qur’an. Penemuan ini diawali dengan perhitungan huruf-huruf penyusun lafadz basmalah. Sementara Rosman Lubis menemukan angka kunci yang lain sebagi pasangan dari 19 yaitu angka 11.[10] Sedangkan Abu Zahra menemukan kesesuain antar makan yang terkandung dalam suatu kata dengan banyak pengulangan kata tersebut dalam Al-Qur’an.
Ada kata-kata yang jumlah kata tersebut dalam Al-Qur’an sama dengan makna yang terkandung dalam kata tersebut[11]. contoh kata sa’ah dusebutkan sebanyak 24 kali karena jumlah jam dalam sehari adalah 24 jam.  Kata samawi yang berarti langit yang berkaitan dengan kata sab’u, diulang sebanyak tujuh kali. Kata sujud dalam al-qur’an diulang sebanyak 34 kali. Ini sesuai dengan jumlah sujud dalam sehari, karena setiap hari melakukan 17 rakaat.

 
IV. PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut bisa disimpulkan bahwa
1.      Al-Qur’an, selain sebagai kitab suci juga merupakan Mukjizat Nabi Muhammad saw yang terbesar sebagi bukti kerisalahannya hingga akhir zaman.
2.      Tujuan dan Fungsi I’jaz al-Qur’an adalah sebagai jawaban dan tantangan bagi orang yang meragukan Kerasulan Nabi Muhammad saw dan bagi orang yang beriman, al-Qur’an sebagi penguat keimanan dan keyakinan mereka kepada Allah swt
3.      Ada empat tahapan dan kadar tantangan kemukjizatan al-qur’an terhadap orang yang meragukan kebenaran al-qur’an yang dipertegas dengan tantangn kepada seluruh umat manusia di seluruh alam hingga akhir zaman
4.      Banyak aspek I’jaz al-Qur’an antar lain I’jaz balaghi, I’jaz mengenai berita gaib, I’jaz tasyri’i (perundang-undangan) dan I’jaz ilmi dengan berbagai macamnya

B.     SARAN

Demikianlah makalah ini saya persembahkan. Tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyususnan makalah ini mengingat keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang tidak biasa terlepas dari skhilaf dan salah. Kritik dan saran dari pembaca yang konstruktif sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi agar selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi.



DAFTAR PUSTAKA

An-Najdi, Abu Zahra An- Najdi, Al quran dan Rahasia Angka-Angka, Bandung, Pustaka Hidayah,1996.
Lubis, Rosman, Keajaiban Angka 11 dalam Al-Qur’an, Jakarta, Pustaka Al-kautsar, 2001
Majid, Abdul. Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam IPTEK, Jakarta, Gema Insani Press, 1997
Shihab, M. Qurais Shihab. Mukjizat Al-Qur’an di tinjau dari Aspek kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib, Bandung, Mizan, 2014
Thayyarah, Nadiah. Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an,Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, terj. M. Zainal Arifin dkk, Jakarta, Zaman, 2014



[1] Abu Zahra An- Najdi, Al quran dan Rahasia Angka-Angka, Bandung, Pustaka Hidayah,1996. hlm 17
[2] M. Qurais Shihab. Mukjizat Al-Qur’an di tinjau dari Aspek kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib, Bandung, Mizan, 2014, hlm. 25
[3] M. Qurais Shihab. Mukjizat Al-Qur’an di tinjau dari Aspek kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib, hlm. 45
[4] M. Qurais Shihab. Mukjizat Al-Qur’an di tinjau dari Aspek kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gai,  hlm. 35.
[5] Abdul Majid. Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam IPTEK, Jakarta, Gema Insani press, 1997, hlm 19
[6] Abu Zahra An- Najdi, Al quran dan Rahasia Angka-Angka, hlm 23
[7] Abu Zahra An- Najdi, Al quran dan Rahasia Angka-Angka, hlm 29
[8] M. Qurais Shihab. Mukjizat Al-Qur’an di tinjau dari Aspek kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gai,  hlm. 123-126
[9] Nadiah Thayyarah. Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an,Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, terj. M. Zainal Arifin dkk, Jakarta, Zaman, 2014, hlm 449
[10] Rosman Lubis, Keajaiban Angka 11 dalam Al-Qur’an, Jakarta, Pustaka Al-kautsar, 2001, hlm 1-2.
[11] Abu Zahra An- Najdi, Al quran dan Rahasia Angka-Angka, hlm. 72

No comments:

Post a Comment

Adbox