Breaking

Thursday, January 21, 2016

Makalah Peradaban Islam di Asia



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Islam adalah agama yang pada saat ini sudah menyebar ke seluruh Benua dan Negara yang ada dipermukaan bumi ini. Karena memang didalam ajaran Islam itu sendiri memberikan kebebasan kepada orang yang memeluk agama Islam untuk menyebarkannya kepada umat-umat yang lainnya yang belum kenal Islam, di dalam Islam pun ajaranya mudah dimengerti sesuai rasional dan juga banyak bukti-bukti alam bahwa agama Islam adalah agama yang benar.
Maka orang Islam yang berakhlak baik memudahkan dalam penyebaranya agar penduduk sekitar yang non Islam mau menerima, mengikuti, dan masuk agama Islam.
Salah satu fakta tentang orang yang paling berpengaruh diseluruh dunia adalah Nabi kita Rasulullah Muhammad Shallallahu‘alaihiwasallam. Beliau menyebarkan Islam di Mekkah yang saat itu penduduknya jahiliyah dan kemudian berubah menjadi masyarakat yang berakhlak baik dengan memeluk Agama Islam yang dibawa oleh beliau. Dari sinilah sejarah penyebaran Islam semakin luas ke seluruh dunia hingga sampai ke Benua Asia. Sebagaimana Islam telah menyebar dari Timur Tengah menuju Asia Tengah dan dari Afghanistan menuju India, maka Islam menyebar dari berbagai wilayah di India dan Arabia ke semenanjung Malaya dan kepulauan Indonesia. Islam dikenalkan ke wilayah Asia Tenggara dan berkembang dalam bentuk berbeda jika dibandingkan dengan bentuknya yang berkembang di Timur Tengah dan anak benua India. Sementara pada beberapa daerah Islam disebarkan melalui penakhlukan Arab dan Turki, tetapi di Asia Tenggara Islam disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan Sufi.[1]
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.[2]
Kemudian seiring berjalanya waktu dari penyebaran Islam di Mekkah sampai ke penjuru dunia, maka para pakar sejarah melakukan penelitian dan menceritakan dalam buku seperti apa perjalanan penyebaran  Islam itu hingga bisa mencapai ke setiap Negara.  Sebenarnya para ahli sejarah yang telah menggungkapkan seperti apa perjalanan penyebaran Islam ada yang berbeda-beda pendapat, dari masalah penepatan tahun persisnya waktu kejadian tersebut, tapi pada dasarnya semua saling melengkapi. Karena seiring dengan berkembangya teknologi di zaman sekarang, buku-buku tentang sejarah direvisi dari kekurangan-kekurangannya, sehingga menjadi semakin lengkap dan mudah untuk dipelajari. (Baca juga: Dinasti Bani Umayyah)
B.     Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis menetapkan batasan masalah dalam makalah ini dengan pertimbangan luasnya keseluruhan Benua Asia maka agar lebih terfokus dan mudah dipahami maka penulis membatasi masalah pada Benua Asia Tenggara.
C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana letak Geografis Benua Asia ?
2.      Bagaimana sejarah masuknya Islam di Asia ?
3.      Bagaimana Teori masuknya Islam di Asia ?
4.      Apakah pengaruh peradaban Islam di Asia ?
D.    Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas,  maka tujuan pembahasan dan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui letak geografis Benua Asia
2.      Untuk mengetahui Bagaimana sebenarnya sejarah masuknya Islam di Asia
3.      Untuk mengetahui apa saja teori masuknya Islam di Asia
4.      Untuk menjelaskan Apa sajakah pengaruh peradaban Islam di Asia



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Letak Geografis Benua Asia
Benua Asia merupakan Benua besar dan padat penduduk terletak dibagian timur dan belahan utara. Kemudian secara apabila dilihat dari Benua Asia Tenggara dipilah dalam dua kelompok, Asia Tenggara Daratan yaitu: Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam.  Dan Asia Tenggara Maritim yaitu: Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Timor Leste.[3]
Secara geografis, Asia tenggara terletak pada area yang sangat strategis untuk masuknya peradaban baru, hal ini dikarenakan:
1.      Letak Asia Tenggara di tengah perjalanan Timur Barat
2.      Dihubungkan dengan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan
3.      Adanya beberapa bandar seperti: Sriwijaya, Perlak, Pasai, Malaka, Batam, Cirebon, Makasar, Brunei, dan Pattani.
4.      Ada hubungan dengan  Lautan Hindi dan Laut China Selatan Angin muson Barat Daya dan Timur Laut, sehingga mempertemukan para pedagang.[4]


B. Sejarah Masuknya Islam di Asia
Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749). (Baca juga makalah terkait: Dinasti Mmamalik dan Fatimiyyah)
Masuknya Islam ke berbagai wilayah di Asia termasuk di Asia tenggara tidak berada dalam satu waktu yang bersamaan tetapi berada dalam satu kesatuan proses sejarah yang panjang. Kerajaan-kerajaan dan wilayah itupun berada dalam situasi politik dan kondisi sosial budaya yang berbeda-beda. Ketika sriwijaya mengembangkan kekuasaannya sekitar abad VII dan VIII, jalur selat malaka sudah ramai oleh para pedagang Muslim. Data ini diperkuat dengan berita Cina jaman dinasti T’ang yang dapat memberikan gambaran bahwa ketika itu telah ada masyarakat Muslim di kanfu (kanton) dan daerah Sumatera. Diperkirakan terjalinnya perdagangan yang bersifat Internasional ketika itu juga sebagai akibat kegiatan kerajaan Cina jaman dinasti T’ang di Asia timur dengan kerajaan Islam dibawah Bani Umayyah di bagian Barat, dan tentunya kerajaan Sriwijaya sendiri di wilayah Asia Tenggara.
Keberadaan pedagang-pedagang di Asia Tenggara ketika itu mungkin belum memberikan pengaruh pada kerajaan-kerajaan yang ada. Setelah pecahnya pemberontakan petani Cina Selatan terhadap kaisar Hi-Tsung (878-889 M) yang menyebabkan banyak orang Islam di bunuh maka mulailah mereka mencari perlindungan ke Kedah. Hal ini berarti orang Islam telah mulai melakukan politik yang tentunya banyak membawa akibat pada kerajaan di Asia Tenggara dan Cina. Syed Naguib al-attas mengatakan bahwa sejak abad VII orang Islam telah mendirikan perkampungan di kanton dengan derajat keagamaan yang tinggi dan menyelenggarakan pemerintahan perkampungan sendiri di Kedah dan Palembang.[5]
Menurut catatan sejarah, bangsa yang pertama kali diketahui hidup di Asia Tenggara adalah orang Dongson di Vietnam. Mereka sudah tinggal di negeri itu sejak 5000 tahun sebelum Masehi. Disusul kemudian oleh bangsa Thai di Thailand pada 3000 tahun sebelum Masehi. Sedangkan, bangsa Melayu tercatat mulai mengembangkan kehidupannya di Asia Tenggara pada 2500 tahun sebelum Masehi. Selanjutnya, datanglah kaum pendatang dari China, khususnya bangsa Yunani dan lembah Yangtse, di wilayah China Selatan, kemudian bangsa India, Arab, dan Eropa.[6]
Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China. Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah datang empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yang kedua menetap dikota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad SAW dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut masjid Wa-Zhin-Zi. Karena itu, sampai sekarang kaum Muslim China membanggakan sejarah perkembangan Islam di negeri mereka, yang dibawa langsung oleh sahabat dekat Nabi Muhammad SAW sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya. Makin banyak orang Muslim berdatangan ke negeri China baik sebagai pedagang maupun mubaligh yang secara khusus melakukan penyebaran Islam.[7]
Sejak abad ke-7 dan abad selanjutnya Islam telah datang di daerah bagian Timur Asia dan Asia Tenggara. Sebagaimana dikemukakan diatas Selat Malaka sejak abad tersebut sudah mempunyai kedudukan penting. Karena itu, para pedagang dan mubaligh Arab dan Persia yang sampai di China Selatan juga menempuh pelayaran melalui Selat Malaka.[8] Kedatangan Islam di Asia Tenggara dapat dihubungkan dengan pemberitaan dari I-Cing, seorang musafir Budha, yang mengadakan perjalanan dengan kapal yang di sebutnya kapal Po-Sse di Canton pada tahun 671. Ia kemudian berlayar menuju arah selatan ke Bhoga (di sekitar daerah Palembang di Sumatera Selatan). Selain pemberitaan tersebut, dalam Hsin-Ting-Shu dari masa Dinasti yang terdapat laporan yang menceritakan orang Ta-Shih mempunyai niat untuk menyerang kerajaan Ho-Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).[9] Dari sumber tersebut, ada dua sebutan yaitu Po-Sse dan Ta-Shih. Menurut beberapa ahli, yang dimaksud dengan Po-Sse adalah Persia dan yang dimaksud dengan Ta-Shih adalah Arab. Jadi jelaslah bahwa orang Persia dan Arab sudah hadir di Asia Tenggara sejak abad-7 dengan membawa ajaran Islam.[10]
Sebelum kedatangan Islam agama-agama Hindu dan Budha adalah kepercayaan utama di Asia Tenggara. Kerajaan-kerajaan di daratan (semenanjung) Asia Tenggara pada umumnya memeluk agama Buddha, sedangkan kerajaan-kerajaan di kepulauan Melayu (Nusantara) umumnya lebih dipengaruhi agama Hindu. Beberapa kerajaan yang berkembang di semenanjung ini, awalnya bermula di daerah yang sekarang menjadi negara-negara Myanmar, Kamboja dan Vietnam. Kerajaan-kerajaan kuno di Asia Tenggara pada umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu kerajaan-kerajaan agraris dan kerajaan-kerajaan maritim. Kegiatan utama kerajaan-kerajaan agraris adalah pertanian. Mereka kebanyakan terletak di semenanjung Asia Tenggara. Contoh kerajaan agraris adalah Kerajaan Ayutthaya, yang terletak di delta sungai Chao Phraya (Thailand), dan Kerajaan Khmer yang berada di Tonle Sap. Kerajaan-kerajaan maritim kegiatan utamanya adalah perdagangan melalui laut. Kerajaan Malaka dan Kerajaan Sriwijaya adalah contoh dari Kerajaan Maritim.[11]
Kekuasaan dominan yang pertama kali muncul di kepulauan adalah Sriwijaya di Sumatra. Dari abad ke-5 Masehi, Palembang sebagai ibukota Sriwijaya menjadi pelabuhan besar dan berfungsi sebagai pelabuhan persinggahan (entrepot) pada jalur Rempah-rempah (spice route). Sriwijaya juga merupakan pusat pengaruh dan pendidikan agama Buddha yang cukup berpengaruh. Kemajuan teknologi kelautan  membuat pengaruh dan kemakmuran Sriwijaya memudar. Kemajuan tersebut membuat para pedagang Tiongkok dan India untuk dapat secara langsung mengirimkan barang-barang diantara keduanya.
Pulau Jawa kerap kali didominasi oleh beberapa kerajaan agraris yang saling bersaing satu sama lain, termasuk diantaranya kerajaan-kerajaan wangsa Syailendra, Mataram Kuno dan akhirnya Majapahit. Para pedagang Muslim mulai mengunjungi Asia Tenggara pada abad ke-12 Masehi. Samudera Pasai adalah kerajaan Islam yang pertama. Ketika itu, Sriwijaya telah diambang keruntuhan akibat perselisihan internal. Kesultanan Malaka, yang didirikan oleh salah seorang pangeran Sriwijaya, berkembang kekuasaannya dalam perlindungan Tiongkok dan mengambil alih peranan Sriwijaya sebelumnya. Agama Islam kemudian menyebar di sekitar kepulauan selama abad ke-13 dan abad ke-14 menggantikan agama Hindu, dimana Malaka (yang para penguasanya telah beragama Islam) berfungsi sebagai pusat penyebarannya di wilayah ini. Beberapa kesultanan lainnya, seperti kesultanan Brunei di Kalimantan dan kesultanan Sulu di Filipina secara relatif mengalami sedikit hubungan dengan kerajaan-kerajaan lainnya.[12]
C.    Teori-teori Masuknya Islam di Asia
Untuk lebih memperjelas bagaimana proses masuknya agama Islam di Asia Tenggara ini, ada 3 teori. Teori kedatangan Islam dari :
1. Teori Semenanjung Arab
Dikemukakan oleh John Crawford disokong Syed Muhamad Naquib l-Attas. Buktinya:
a.       Aktivitis perdagangan meneruskan catatan China yang menyataka orang Arab dan Parsi mempunyai pertempatan di Canton pada 300M.
b.      Pedagang Arab dapat menguasai laut dari pelabuhan Iskandariah hingga China. Telah berdagang di rantau ini terutama setelah kemunculan Islam pada abad 7 M.
c.       Pedagang Arab singgah di pelabuhan utama Asia Tenggara sebelum ke China, tempat menunggu dari angin muson.
d.      Menetap beberapa bulan dan mewujudkan perkampungan dan ada urusan jual beli barang mewah dari China dan India. Perkampungan Islam  Ta Shih di Sumatera Utara pada 650 M menurut catatan China.
e.       Perkawinan  dengan orang pesisir.
f.       Wujud  persamaan tulisan kesusasteraan di Asia Tenggara dan Arab.
g.      Pengislaman raja-raja melayu oleh syeikh dari Arab seperti dalam Hikayat raja-raja Pasai keturunan sufi. Berjaya  mengislamkan Merah Silu ( Malik al-Salih. ) Raja Pattani Phaya Tu Nakpa diislamkan Syeikh Said.[13]
h.      Faktor-faktor yang membuat  tertarik dengan Islam
1)      Tertarik dengan nilai Islam yang murni.
2)      Amalan pendakwah Islam mengamalkan nilai Islam yang murni seperti kejujuran pedagang Islam, menjaga kebersihan.[14]
i.        Catatan tempatan tentang pengislaman Raja-raja Melayu
1)      Hikayat Raja-raja Pasai.
2)      Hikayat Merong mahawangsa, Raja Kedah diislamkan oleh Syeikh Abdullah al-Yamani
3)      Hikayat Aceh, Syekh Abdullah Arif berusaha mengembangkan Islam.
4)      Sejarah Kepulauan Sulu,  Sharif Hasan dan  menyebarkan Islam di Sulu.
2.      Teori China
Dikemukakan oleh Emanuel Gadinho antara lain :
a.       Khan Fo atau Canton  menjadi pusat perdagangan Arab sejak  abad 9M
b.      Menyebarkan Islam dikalangan peniaga China kemudian sebar ke Asia Tenggara.
c.       Menurut Fatimi antara lain dikarenakan: Berpindahahnya pedagang Islam di Canton ke Asia Tenggara pada 876 M.
d.      Penemuan batu nisan bertarikh 1028 M di Permatang Pasir, Pulau Tambun, Pekan Pahang mempunyai ayat al-Quran dan kalimah Arab, bukti Islam telah sampai sbelum abad 13M.
e.       Dibawa oleh mubaligh Cina menerusi Laut Cina Selatan ke Phang Rang IndoCina dan Pekan Pahang.
f.       Persamaan seni bina China dan seni bina masjid di Kelantan, Malaka dan Jawa. Di Melaka bentuk bumbung, atap genting, warna merah dan kuning pada kayu kepala pintu, lantai, dinding, tangga, dan kolam air.[15]
3.      Teori India
            Dari wilayah Gujarat dan Pantai Coromandel. Abad 13M Dikemukan oleh Snouck Hurgronge:
a.       Hubungan Asia Tenggara dan India sudah lama, karena pedagang Islam India sudah tersebar di Asia Tenggara
b.      Gujarat pelabuhan penting pada zaman Alaudin Khinji di India.
c.       Batu marmer pada batu nisan Malik al-Salih di pasai mempunyai ciri-ciri India.


D.    Cara Penyebaran Islam di Asia
1.      Perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia. Serta hubungan dengan pelabuhan-pelabuhan di Selat Malaka, Teluk Siam, IndoChina, Kepulauan Rempah seperti Maluku dan Makasar sebagai pusat kegiatan manusia dari berbagai tempat. Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi karena factor hubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang Muslim. Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2.      Pernikahan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim. Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
3.      Politik
Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam. Contoh: Mega Iskandar Shah Malaka dengan Raja Malik al Salih Pasai.
4.      Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf,atau parasufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.  Mereka mahir dalam hal yang magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang mengawini masyarakat setempat. Dengan tasawuf bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran pra Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik ini masih berkembang di abad ke-19 M bahkan di abad ke 20 M ini.
5.      Saluran pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama Islam.
6.      Saluran kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.[16]
E.     Tahap-Tahap Perkembangan Islam di Asia
1.      Kehadiran para pedagang Muslim (7 - 12 M)
Fase ini diyakini sebagai fase permulaan dari proses sosialisasi Islam di kawasan Asia Tenggara, yang dimulai dengan kontak sosial budaya antara pendatang Muslim dengan penduduk setempat.
Pada fase pertama ini, tidak ditemukan data mengenai masuknya penduduk asli ke dalam Islam. Bukti yang cukup jelas mengenai hal ini baru diperoleh jauh kemudian, yakni pada permulaan abad ke-13 M / 7 H. Sangat mungkin dalam kurun abad ke 1 sampai 4 H terdapat hubungan perkawinan antara pedagang Muslim dengan penduduk setempat, hingga menjadikan mereka beralih menjadi Muslim. Tetapi  ini baru pada tahap dugaan.
Walaupun di Leran - Gresik, terdapat sebuah batu nisan bertuliskan  Fatimah binti Maimun yang wafat pada tahun 475 H / 1082 M.  Namun dari bentuknya, nisan itu menunjukkan pola gaya hias makam dari abad ke-16 M seperti yang ditemukan di Campa, yakni berisi tulisan yang berupa do'a-do'a kepada Allah.
2.      Terbentuknya Kerajaan Islam (13-16M)
Pada fase kedua ini, Islam semakin tersosialisasi dalam masyarakat Nusantara dengan mulai terbentuknya pusat kekuasaan Islam. Pada akhir abad ke-13 kerajaan Samudera Pasai  sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia merebut jalur perdagangan di Selat Malaka yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya. Hal ini terus berlanjut hingga pada permulaan abad ke-14 berdiri kerajaan Malaka di Semenanjung Malaysia.
Sultan Mansyur Syah (w. 1477 M) adalah sultan keenam Kerajaan Malaka yang membuat Islam sangat berkembang di Pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaka.Di bagian lain, di Jawa saat itu sudah memperlihatkan bukti kuatnya peranan kelompok Masyarakat Muslim, terutama di pesisir utara.
3.      Pelembagaan Islam
Pada fase ini sosialisasi Islam semakin tak terbendung lagi masuk ke pusat-pusat kekuasaan, merembes terus sampai hampir ke seluruh wilayah.Hal ini tidak bisa dilepaskan dari peranan para penyebar dan pengajar Islam.Mereka menduduki berbagai jabatan dalam struktur birokrasi kerajaan, dan banyak diantara mereka menikah dengan penduduk pribumi. Dengan kata lain, Islam dikukuhkan di pusat-pusat kekuasaan di Nusantara melalui jalur perdagangan, perkawinan dengan elit birokrasi dan ekonomi, di samping dengan sosialisasi langsung pada masyarakat bawah. Pengaruh Islamisasi yang pada awalnya hanya berpusat di satu tempat telah jauh meluas ke  wilayah-wilayah lain di Asia tenggara.
Islam Begitu cepat berkembang dan dapat diterima dengan baik di masyarakat karena Dalam Penyebaran dan perkembangannya, dengan jalan damai.tidak pernah ada ekspedisi militer ataupun kekerasan untuk Islamisasi ini.

F.     Perkembangan Islam di Negara-negara Asia
1.      Islam di Indonesia
Dalam buku Indonesia karya Mahmud Syakir disebutkan bahwa Indonesia terdiri dari kumpulan pulau yang jumlahnya terbanyak di dunia (lebih dari 13.600 pulau) dihubungkan dengan dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Juga dihubungkan oleh setengah bola dunia utara dan selatan.Luas wilayah ini mencapai 1.919.440 km2, letaknya di Asia Tenggara.Pulau-pulau terbesar adalah Sumatera, Jawa, Irian, dan Borneo (Kalilmantan).
Dari segi jumlah penduduk, negeri ini menempati urutan keempat terbanyak di dunia, setelah China, India dan Amerika Serikat tapi urutan pertama pada tingkat dunia Islam. Mayoritas mereka berasal dari Melayu dan China. Presentase kaum muslim di negeri ini mencapai 89 %, juga terdapat sedikit Nasrani, Hindu dan Budha.[17]
Waktu kapan Islam masuk ke Indonesia masih ada perbedaan pendapat, berikut beberapa teori mengenai masuknya Islam ke Indonesia,[18] yaitu :
a.      Teori Gujarat
Teori ini merupakan teori tertua yang menjelaskan tentang masuknya Islam di Nusantara. Dinamakan Teori Gujarat, karena bertolak dari pandangannya yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat, pada abad ke-13 M, dan pelakunya adalah pedagang India Muslim.
Bukti-bukti dari teori ini yaitu:
1)      bukti batu nisan Sultan pertama Kerajaan Samudera Pasai, yakni Malik al-Shaleh yang wafat pada 1297. relif nisan tersebut bersifat Hinduistis yang mempunyai kesamaan dengan nisan yang terdapat di Gujarat.
2)      adanya kenyataan bahwa agama Islam disebarkan melalui jalan dagang antara Indonesia-Cambai (Gujarat)-Timur Tengah-Eropa.
b.      Teori Makkah
Teori ini dicetuskan oleh Hamka, Ia lebih menguatkan teorinya dengan mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia, kemudian diikuti oleh orang Persia dan Gujarat. Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah semata, dan Makkah sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat pengambilan ajaran Islam.
Hamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Islam baru masuk pada abad 13, karena kenyataanya di Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu kekuatan politik Islam, maka sudah tentu Islam masuk jauh sebelumnya yakni abad ke-7 (670 M)  atau pada abad pertama Hijriyah.
Pendapat  ini  juga di dukung oleh Drs. Juned Periduri yang berkesimpulan bahwa agama Islam pertama kali masuk pada abad ke-7. Hal ini didasarkan pada penyelidikan sebuah makam Syeikh Mukaiddin di Tapanuli yang berangka tahun 48 H (670 M).
Pada 674 M telah terdapat perkampungan perdagangan Arab Islam di Pantai Barat Sumatera, bersumber dari berita Cina.kemudian berita Cina ini ditulis kembali oleh T.W. Arnold (1896), J.C. van Leur (1955) dan Hamka (1958). Timbulnya perkampungan perdagangan Arab Islam ini karena ditunjang oleh kekuatan laut Arab.
Dari keterangan tentang peranan bangsa Arab dalam dunia perniagaan seperti di atas, kemudian dikuatkan dengan kenyataan sejarah adanya perkampungan Arab Islam di pantai barat Sumatera di abad ke-7, maka terbukalah kemungkinan peranan bangsa Arab dalam memasukkan Islam ke Nusantara.
c.       Teori Persia
Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini berpendapat bahwa agama Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Persia, singgah ke Gujarat, sedangkan waktunya  sekitar abad ke-13. Teori ini lebih menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia. Di antaranya adalah:
1)      Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringayan Syi'ah atas syahidnya Husein.
2)      Adanya kesamaan ajaran antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj, sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310H / 922M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syeikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat mempelajarinya.
Dari uraian tentang tiga teori masuknya Islam ke Indonesia di atas, dapat dilihat beberapa perbedaan dan kesamaannya:
1)      Teori Gujarat dan Persia mempunyai persamaan pandangan mengenai masuknya agama Islam ke Nusantara  berasal dari Gujarat. Perbedaannya terletak pada teori Gujarat yang melihat ajaran Islam di Indonesia mempunyai kesamaan ajaran dengan mistik di India. Sedangkan teori Persia memandang adanya kesamaan dengan ajaran Sufi di Persia. Gujarat dipandangnya sebagai daerah yang dipengaruhi oleh Persia, dan menjadi tempat singgah ajaran Syi'ah ke Indonesia.
2)       Dalam hal Gujarat sebagai tempat singgah, teori Persia mempunyai persamaan dengan teori Makkah, tetapi yang membedakannya adalah teori Makkah memandang Gujarat sebagai tempat singgah perjalanan perjalanan laut antara Indonesia dengan Timur Tengah, sedangkan ajaran Islam diambilnya dari Makkah atau dari Mesir.
3)      Teori Gujarat dan Persia keduanya tidak memandang peranan bangsa Arab dalam perdagangan. Dalam hal ini keduanya lebih memandang pada peranan orang India  Muslim. keduanya meyakini Islam masuk di Nusantara pada abad ke-13. Sebaliknya teori Makkah lebih meyakini Islam masuk di Nusantara pada abad ke-7, karena abad ke-13 dianggap sebagai saat-saat perkembangan Islam di Nusantara.
4)      Dalam melihat sumber negara yang mempengaruhi Islam di Nusantara, teori Makkah lebih berpendirian pada Makkah dan Mesir dengan mendasarkan tinjauannya pada besarnya pengaruh madzhab Syafi'i di Indonesia. Sedangkan teori Persia, meskipun mengakui pengaruh madzhab Syafi'i di Indonesia tetapi, bagi teori ini, hal itu merupakan pengaruh madzhab Syafi'i yang berkembang di Malabar, oleh karena itu teori ini lebih menunjuk India sebagai negara asal Islam Indonesia.
Walaupun dari analisa perbandingan di atas ketiga teori tersebut lebih menampakkan tajamnya perbedaan dari pada persamaan, namun ada titik temu yang bisa disimpulkan yakni, bahwa :
1)      Pertama, Islam masuk dan berkembang melalui jalan damai (infiltrasi kultural),
2)      Kedua, Islam tidak mengenal adanya misi sebagaimana yang dijalankan oleh kalangan Kristen dan Katolik.
3)      Para Ulama awal yang menyebarkan Islam di Indonesia adalah Hamzah Fansuri,Syamsuddin Al-Sumatrani, Nuruddin Ar-Raniri, Abdurauf Singkel, Syeikh Muhammad Yusuf Al-Makassari, Syeikh Abdussamad al-Palimbani, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari, Syeikh Muhammad bin Umar al-Nawawi al-Bantani, Khatib Minangkabau.
2.      Islam di Malaysia
Islam merupakan agama resmi negara federasi Malaysia. Hampir 50% dari 13 juta penduduknya adalah Muslim dan sebagian besar diantaranya adalah orang melayu yang tinggal di Semenanjung Malaysia. Adapun sisanya terdiri dari kelompok-kelompok etnik yang minoritas yakni diantaranya Cina yang terdiri sekitar 38% dari penduduk Malaysia dan yang lainnya India dan Arab. Diantara warga Muslim dan non Muslim dapat hidup rukun tanpa ada permusuhan sehingga masyarakat di sana tentram dan damai. Perkembangan Islam di Malaysia telah membawa peradaban-peradaban baru yang diakui Dunia Islam. Sampai saat ini Muslim Malaysia dikenal sebagai Muslim yang taat ibadahnya, kuat memegang hukum Islam dan juga kehidupan beragamanya yang damai serta mencerminkan keIslaman agamanya baik di perkampungan maupun dalam pemerintahan. Mengenai hasil peradaban Islam di Malaysia ini juga tidak kalah dengan negara-negara Islam yang lain, seperti  :
1)      Adanya bangunan-bangunan masjid yang megah seperti Masjid Ubaidiyah di Kuala Kancong.
2)      Banyaknya bangunan-bangunan sekolah Islam.
3)      Berlakunya hukum Islam pada pemerintahan Malaysia (hukum Islam di sana mendapat kedudukan khusus karena dijadikan hukum negara).
Selain itu juga keputusan yang diambil oleh Perdana Mentri Mahatir Muhammad pada tahun 1982untuk menjalankan kebijakan penanaman nilai-nilai islami dalam pemerintahan juga membuat peran islam semakin penting terutama ketika kebijakan tersebut dilaksanakan secara nyata.
3.      Islam di Singapura
Komunitas muslim di Singapura terdiri dari 2 kelompok, yaitu migran dari wilayah indonesia dan migran dari luar wilayah indonesia (India dan Arab). Studi islam di Singapura telah lama berkembang. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti muslim. Selanjutnya, disebutkan bahwa etnis melayu merupakan komunitas muslim terbesar di Singapura. Tapi berdasarkan hasil sensus tahun 1980 yang menyatakan bahwa orang-orang muslim Singapura tertinggal dari etnis lain dalam bidang sosial ekonomi, maka lembaga-lembaga muslim memberikan motivasi untuk meningkatkan pendidikan dan berkompetensi secara profesional. Dari gerakan tersebut muncullah beberapa profesional muslim seperti Maarof Saleh (Presiden Himpunan Belia Islam), Dr. Muhd. Hussain Muthalib (Direktur Eksekutif MUIS dan Dosen University of Singapore) dan Ridwan Abdullah (Presiden The Muslem Convert Assosiation Darul Arqam). Sedangkan dalam bidang pendidikan, pada tahun 1981 ini didirikan sebuah lembaga yang bergerak pada permasalahan pendidikan anak muslim (MENDAKI) dan mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat. Keberadaan lembaga ini juga mempercepat lahirnya karya-karya yang terkait dengan pendidikan bagi kaum minoritasmuslim di Singapura.
4.      Islam di Thailand
Islam di Muangthai adalah agama minoritas hanya 4 %, selain itu masyarakat Muangthai menganut agama Budha dan Hindu. Orang Melayu Muslim merupakan golongan minoritas terbesar ke-dua di Muangthai, sesudah golongan Cina.Mereka tergolong Muslim Sunni dari madzab Syafi’I yang merupakan madzab paling besar dikalangan umat Islam di Muangthai.Ikatan-ikatan budayanya telah membantu memupuk suatu perasaan keterasingan dikalangan mereka terhadap lembaga-lembaga sosial, budaya, dan politik Muangthai.Sejak bangsa Muangthai untuk pertama kali menyatakan daerah itu sebagai wilayah yang takluk kepada kekuasaannya.Pada akhir abad ke-13 orang Melayu Muslim terus-menerus memberontak terhadap kekuasaan Muangthai.Keinginan mereka adalah untuk menjadi bagian dari Dunia budaya Melayu Muslim dengan pemerintahan otonom.Akhirnya keinginan yang tak pernah mengendor itu pudar dalam sejarah, dan ciri-ciri sosial ekonomi dan budaya mereka telah membuat mereka sadar bahwa mereka hanyalah kelompok kecil yang mempunyai identitas terpisah dari bagian utama penduduk Negeri Muangthai.Masyarakat Muslim di Muangthai sebagian besar berlatarbelakang pedesaan. Dan Perkembangan Islam di Muangthai telah banyak membawa peradaban-peradaban, misalnya :
1)      Di Bangkok terdaftar sekitar 2000 bangunan masjid yang sangat megah dan indah.
2)      Golongan Tradisional dan golongan ortodoks telah menerbitkan majalah Islam “Rabittah”.
3)      Golongam modernis berhasil menerbitkan jurnal “Al Jihad”.
5.      Islam di Brunei Darussalam
Brunei Darussalam memperoleh kemerdekaan penuhnya pada tanggal 1 januari 1984. Penduduk negara ini terdiri dari 65% suku melayu, 25% keturunan cina dan sisanya kelompok pribumi kalimantan. Beberapa sumber menyatakan bahwa agama islam masuk ke negara ini pada abad ke-15, dan sejak itu negara ini berubah menjadi kesultanan Islam. Agama resminya juga Islam dan tradisi keislaman juga dijaga sangat baik sampai sekarang.Dari segi politik situasi di negara ini terbilang tenang dan stabil karena ukuran negara ini kecil. Dan sebagai agama resmi negara islam mendapatkan perlindungan dari negara. Dominasi keluarga kerajaan di bidang pemerintahan dan tidak adanya demokrasi politik memungkinkan pemerintah memberlakukan kebijakan di bidang agama dan bidang lainnya tanpa banyak kesulitan.
6.      Islam di Filiphina
Islam tersebar di wilayah ini pada abad ke-6 H/12 M. Saat itu penjajah Portugis telah sampai di wilayah ini. Kemudian disusul oleh Belanda dan Inggris yang datang pada tahun 1211H/1796 M. Terjadilah perlawanan dan revolusi di negeri ini sejak tahun 1305 H. Negeri ini berada dibawah perlindungan Inggris sejak tahun 1367 H/ 1947 M, dan mengumumkan diri sebagai negara republic yang merdeka pada tahun 1385 H/ 1965 M. Adapun di Filiphina, Islam tersebar hampir mencapai seluruh kepulauannya, pula telah berdiri pemerintahan Islam. Akan tetapi, munculah arus pemiliran keagamaan yang dibawa oleh penjajah Spanyol yang amat dibenci.Pada tahun 928 H/ 1521 M, secara mendadak Spanyol menyerbu kepulauankepulauan Filipina. Mereka datang denagn membawa seluruh dendam orang-orang salib terhadap kaum muslimin,. Maka, situasi di Filipina saat itu hamper sama denagn situasi yang dialami oleh Islam Andalusia. Penjajah Spanyol berada di Filiphina ini hingga tahun 1316 H/ 1898 M. Selama masa yang hampir mencapai 4 abad, telah terjadi upaya penjauhan ajaran Islam dari generasi kaum muslim secara berturut-turut lewat jalan peperangan yang menghancurkan kaum muslimin dan memaksa mereka untuk memeluk agama Nasrani denagn ancaman kekerasan. Sekalipun demikian, mereka tidak juga mampu mengalahkan pemerintahan-pemerintahn Muslim, sehingga disana masih tersisa beberapa pemerintahan.

G.    Kerajaan Islam di Asia
Penyebaran Islam di wilayah Asia ditandai dengan berdirinya kesultanan Islam di kawasan tersebut. Sejarah perkembangan kesultanan Islam di Asia tidak lepas dari kepentingan perdagangan dan syiar agama yang dibawa oleh para saudagar dan ulama muslim dari Asia Barat. Adapun Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara.Julukan ini diberikan mengingat peranannya sebagai jalan lalu lintas antara Asia Timur san Asia Barat bagi para pedagang yang hendak keluar masuk pelabuhan-pelabuhan di Asia. Berikut ini adalah profil beberapa kesultanan Islam yang pernah berkuasa di Asia Tenggara.
1.      Kesultanan Samudera Pasai (abad ke-13)
Samudera Pasai merupakan kesultanan Islam pertama. di Indonesia.Letak kesultanan ini di Aceh Utara.Sultan pertama Samudera Pasai adalah Malikush Shaleh.Letak Samudera Pasai sangat strategis sebagai pusat pelayaran dan perdagangan di Nusantara. Banyak pedagang muslim dari Arab, Cina dan India datang untuk berdagang dan menyebarkan Islam. Kesultanan ini memperoleh sumber pendapatan yang besar dari pajak perdagangan dan pelayaran.Samudera Pasai ditaklukkan Portugis pada 1521. Sejarah Kesultanan Samudera Pasai dapat diketahui antara lain dengan ditemukannya uang dirham emas dengan tulisan nama sultan yang memerintah Samudera Pasai.
2.      Kesultanan Malaka (abad  ke-15)
Kesultanan ini terletak di Semenanjung Malaka.Islam di Malaka berasal dari Kesultanan Samudera Pasai.Pendiri Kesultanan Malaka adalah Paramesywara, seorang pangeran dari Sriwijaya.Paramesywara menikah dengan putri sultan Samudera Pasai dan kemudian masuk Islam.Kesultanan Malaka mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah (1445-1459).
Kesultanan ini runtuh ketika Portugis menyerang dan mengalahkan Malaka pada 1511.Peninggalan sejarah Kesultanan Malaka barupa mata uang yang merupakan peninggalan dari akhir abad ke-15 dan benteng A'Farmosa yang merupakan bukti penaklukkan Malaka oleh pasukan Portugis.
3.      Kesultanan Islam Pattani (abad ke-15).
Kehadiran Islam di Pattani dimulai dengan kedatangan Syekh Said, mubalig dari Pasai, yang berhasil menyembuhkan raja Pattani bernama Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah.Phaya Tu Nakpa (1486-1530) beragama Budha kemudian masuk Islam dan bergelar Sultan Ismail Syah.Kesultanan Pattani mengalami kemajuan pesat setelah menjalin hubungan dagang dengan Kesultanan Malaka.Kesultanan Pattani kemudian menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan, terutama bagi pedagang dari Cina dan India.Kejayaan Pattani berakhir setelah dikalahkan Kerajaan Siam dari Bangkok. Peninggalan sejarah Pattani berupa nisan kubur yang disebut Batu Aceh yang melambangkan kedekatan hubungan dengan Samudera Pasai.
4.       Kesultanan Brunei Darussalam (abad ke-15).
Kesultanan Brunei Darussalam merupakan kesultanan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan sebelah utara.Islam pertama kali masuk ke Brunei pada 977, dibawa saudagar Cina. Setelah raja Awang Alak Betatar (1406-1408) masuk Islam, ia mengubah kerajaan itu menjadi kesultanan. Kata "Darussalam" ditambahkan pada kata "Brunei" pada abad ke-15 untuk menekankan Islam sebaga agama negara.Kesultanan Brunei Darussalam berkembang menjadi pusat penyebaran Islam dan perdagangan wilayah Melayu ketika Kesultanan Malaka jatuh ke tangan Portugis.Kesultanan Brunei Darussalam pernah dikuasai Inggris pada 1888, di masa kepemimpinan Sultan Hasyim Jalilu Ageramaddin, sultan ke-15, namun dapat meraih kemerdekaannya dari Inggris 1983.
5.      Kesultanan Islam Sulu (abad ke-15).
Kesultanan Sulu merupakan kesultanan Islam yang terletak di Filipina bagian selatan.Islam masuk dan berkembang di Sulu melalui orang Arab yang melewati jalur perdagangan Malaka dan Filipina.Pembawa Islam di Sulu adalah Syarif Karim al-Makdum, orang Arab yang ahli ilmu pengobatan. Abu Bakar, seorang dai dari Arab, menikah dengan putri dari pangeran Bwansa dan kemudian memerintah di Sulu dengan mengangkat dirinya sebagai Sultan.
6.      Kesultanan Ternate (abad ke-15).
Kesultanan Islam terbesar di Maluku adalah Kesultanan Ternate.Penyebaran Islam di daerah ini dilakukan oleh para ulama dan pedagang dari Pulau Jawa.Islam menjadi agam kerajaan setelah Sultan Zainal Abidin memerintah.Kesultanan Ternate menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di kawasan timur Nusantara.Kesultanan Ternate mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Babullah.Kesultanan Ternate bersaing dengan Kesultanan Tidore terutama dalam perdagangan.Kesultanan Ternate berakhir setelah ditaklukkan oleh VOC (Verenidge Osst-Indische Compagnie) pada 1660. Peninggalan Kesultanan Ternate antara lain Benteng Portugis dan bekas istana di Ternate (Maluku Utara).
7.      Kesultanan Aceh Darussalam (abad ke-16).
Kesultanan Aceh atau Aceh Darussalam adalah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Sumatera bagian utara.Kesultanan ini didirikan pada 1541 oleh Sultan Ali Mughayat Syah.Kesultanan Aceh mengantikan peran Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka yang jatuh ke tangan Portugis, terutama dalam perdagangan dan pelayaran.Kesultanan ini mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda.Kesultanan Aceh akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan pemerintah Hindia Belanda pada 1912. Peninggalan sejarah Kesultanan Aceh antara lain Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh dan Cakra Donya, yaitu lonceng hadiah dari kaisar Cina.
8.      Kesultanan Demak (abad ke-16).
Kesultanan Demak adalah kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa.Raja Demak pertama adalah Raden Fatah, bupati Majapahit di Bintoro dan mencapai puncak kejayaan di bawah kepemimpinan Sultan Trengono.Kesultanan Demak berhasil melebarkan kekuasaannya sampai ke daerah luar Jawa, seperti Kesultanan Banjar, Kerajaan Kotawaringin, dan Kesultanan Kutai di Kalimantan.Kesultanan ini mengalami kemunduran di masa Sunan Prawoto karena beberapa daerah taklukkan Demak memberontak.Peninggalan Kesultanan Demak yang paling terkenal adalah Masjid Agung Demak. Ciri khas masjid ini adalah bangunannya ditopang empat tiang atau saka guru yang dibangun empat orang sunan dari sembilan wali (Wali Songo), yaitu Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga.
9.      Kesultanan Cirebon (abad ke-16).
Kesultanan Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat.Kesultanan Cirebon didirikan pada 1450 oleh Pangeran Walangsungsang.Tokoh yang paling berperan menjadikan Cirebon sebagai Kesultanan Islam adalah Syarif Hidayatullah. Sepeninggal Panembahan Girilaya (1650-1662), Kesultanan Cirebon dibagi menjadi dua oleh kedua anaknya, menjadi Kesultanan Kasepuhan dan Kesultanan Kanoman. Meskipun tidak mempunyai kekuasaan administratif, Kesultanan Cirebon tetap bartahan sampai saat ini.
10.  Kesultanan Banjar (abad ke-16).
Kesultanan Banjar merupakan kesultanan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan bagian selatan.Kesultanan ini pada walnya bernama Daha, sebuah kerajaan Hindu yang berubah menjadi kesultanan Islam.Kesultanan Banjar berdiri pada 1595 dengan penguasa pertama Sultan Suriansyah.Islam masuk ke wilayah ini tahun 1470, bersamaan dengan melemahnya kerajaan Maajapahit di Pulau Jawa.Penyebaran Islam secara luas dilakukan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, seorang ulama yang menjadi Mufti Besar Kalimantan.Kesultanan Banjar mengalami kemunduran dengan terjadinya pergolakan masyarakat yang menentang pengangkatan Pangeran Tamjidillah (1857-1859) sebagai sultan oleh Belanda.Pada 1859-1905, terjadi perang Banjar yang dipimpin Pangeran Antasari (1809-1862) melawan Belanda.Akibat dari perang ini, Belanda menghapuskan Kesultanan Banjar pada 1860.Peninggalan sejarah Kesultanan Banjar dapat dilihat dari bangunan masjid di Desa Kuin, Banjar Barat (Banjarmasin) yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Tamjidillah.
11.  Kesultanan Banten (abad ke-16).
Kesultanan ini adalah kesultanan terbesar di Jawa Barat.Kesultanan Banten didirikan Sunan Gunung Jati pada 1524.Pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, Islam telah mengalami perkembangan pesat.Hal ini ditandai dengan berdirinya bangunan masjid dan pesantren.Kesultanan Banten mencapai masa keemasannya di masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683).
Kesultanan ini mengalami kemunduran setelah terjadi perang melawan Belanda.Peninggalan Kesultanan Banten berupa Masjid Agung Banten, Menara Banten, Benteng Speelwijk, dan bekas Keraton Surosowan.
12.  Kesultanan Buton (abad ke-16).
Kesultanan Buton merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Buton, Sulawesi bagian tenggara.Kerajaan Buton menjadi kesultanan setelah Halu Oleo, raja ke-6, memeluk agama Islam. Penyebaran Islam secara luas dilakukan oleh syekh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Patani, seorang ulama dari Kesultanan Johor. Peninggalan sejarah Kesultanan Buton berupa Benteng Kraton dan Batupoaro, yaitu batu tempat berkhalwat (mengasingkan diri) Syekh Abdul Wahid di akhir keberadaannya di Buton.


13.  Kesultanan Goa (abad ke-16).
Kesultanan Goa terletak di sebelah selatan Pulau Sulawesi.Kerajaan Goa berubah menjadi kesultanan pada akhir abad ke-16, di masa pemerintahan Sultan Alauddin (1593-1639).
Pada masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin terjadi perang Makassar (1666-1669) meawan Belanda.Kesultanan Goa selanjutnya dikuasai oleh Belanda setelah dipaksa menyerah dan menandatangani Perjanjian Bongaya.Peninggalan Kesultanan Goa berupa kompleks makam Sultan Goa dan bekas rumah Sultan Goa terakhir di Makassar (Sulawesi Selatan).
14.  Kesultanan Johor (abad ke-16).
Kesultanan Johor berdiri setelah Kesultanan Malaka dikalahkan oleh Portugis.Sultan Alauddin Riayat Syah membangun Kesultanan Johor pada sekitar tahun 1530-1536.Masa kejayaan kesultanan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II.Kesultanan Johor memperkuat dirinya dengan mengadakan sebuah aliansi bersama Kesultanan Riau sehingga disebut Kesultanan Johor-Riau.Kesultanan Johor-Riau berakhir setelah Raja Haji wafat dan wilayah tersebut dikuasai oleh Belanda.
15.  Kesultanan Kutai (abad ke-16).
Kesultanan Kutai terletak di sekitar Sungai Mahakam, Kalimanta bagian timur.Pada awalnya, Kutai merupakan kerajaan yang dipengaruhi ajaran Hindu dan Buddha.Islam berkembang pada masa kepemimpinan Aji Raja Mahkota (1525-1600).
Penyebaran Islam dilakukan oleh seorang mubalig bernama Said Muhammad bin Abdullah bin Abu Bakar al-Warsak. Kesultanan ini mencapai kejayaannya pada masa Aji Sultan Muhammad Salehuddin (1780-1850) memerintah.Kesultanan Kutai mengalami kemunduran setelah Aji Sultan Muhammad Salehuddin meninggal dunia.Peninggalan sejarah Kesultanan Kutai berupa makam para sultan di Kutai Lama (dekat Anggana).
16.  Kesultanan Pajang (abad ke-16).
Kesultanan Pajang merupakan kerjaan Islam pertama di pedalaman Jawa.Kesultanan ini didirikan oleh Joko Tingkir pada 1546, setelah Trenggono, Sultan Demak, wafat. Joko Tingkir atau Sultan Adiwijaya membawa pengaruh Islam dari wilayah pesisir ke wilayah pedalaman Jawa.Kesultanan Pajang hanya bertahan selama 45 tahun karena dihancurkan oleh Kesultanan Mataram pada 1618.Peninggalan Kesultanan Pajang berupa makam Pangeran Benowo.
17.  Kesultanan Mataram (abad ke-16).
Kesultanan Mataram beridiri sejak 1582.Kesultanan ini berawal dari wilayah Kesultanan Pajang yang dihadiahkan oleh Sultan Adiwijaya kepada Kiai Ageng Pamanahan.Sultan pertama Mataram adalah Panembahan Senopati (1582-1601). Puncak kekuasaan Kesultanan Mataram tercapai pada masa kepemimpinan Sultan Agung (1613-1645).Kesultanan Mataram melemah setelah terjadi perpecahan wilayah akibat Perjanjian Giyanti serta campur tangan pihak Belanda.Kesultanan Mataram selanjutnya terbagi menjadi empat wilayah yaitu Kesultanan Yogyakarta, Pakualaman, Kasunanan Surakarta, dan Mangkunegara. Peninggalan Kesultanan Mataram antara lain berupa pintu gerbang Masjid Kotagede di Yogyakarta.
18.  Kesultanan Palembang (abad ke-16).
Pada awalnya, Kesultanan Palembang termasuk dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Demak.Sultan pertama sekaligus pendiri Kesultanan ini adalah Ki Gendeng Suro (1539-1572).Pengetahuan dan keilmuan Islam berkembang pesat dengan hadirnya ulama Arab yang menetap di Palembang.Kesultanan Palembang menjadi bandar transit dan ekspor lada karena letaknya yang strategis.Belanda kemudian menghapuskan Kesultanan Palembang setelah berhasil mengalahkan Sultan Mahmud Badaruddin.Salatu satu peninggalan Palembang adalah Masjid Agung Palembang yang didirikan pada masa kepemimpinan Sultan Abdur Rahman.
19.  Kesultanan Bima (abad ke-17).
Kesultanan Bima adalah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Sumbawa bagian timur. Kerajaan Bima berubah menjadi kesultanan Islam pada 1620 setelah rajanya, La Ka'i, memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Abdul Kahir. Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1640-1682), Kesultanan Bima menjadi pusat penyebaran Islam kedua di timur Nusantara setelah Makassar.Kesultanan Bima berakhir pada 1951, ketika Muhammad Salahuddin, sultan terakhir, wafat. Peninggalan Kesultanan Bima antara lain berupa kompleks istana yang dilengkapi dengan pintu lare-lare atau pintu gerbang kesultanan.


20.  Kesultanan Siak Sri Indrapura (abad ke-18).
Siak Sri Indrapura adalah sebuah kesultanan Melayu, didirikan (1723) oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan penyebarab Islam di Sumatera Timur.Pusatnya adalah Desa Buantan, kemudian pindah ke Siak Sir Indrapura (sekitar 90 km ke timur laut Pekanbaru).Wilayah kekuasaan Siak Sri Indrapura meliputi Siak Asli, Bukit Batu, Merbau, Tebing Tinggi, Bangko, Tanah Putih dan Pulau Bengkalis (Kabupaten Bengkalis); Tapung Kiri dan Tapung Kanan (Kampar); Pekanbaru; dan sekitarnya. Istana bekas tempat tinggal dan pusat Kesultanan Siak Sri Indrapura sampai sekarang masih berdiri dengan megah di pinggir Sungai Siak dan merupakan salah satu objek pariwisata di daerah Riau.
H.    Pengaruh Peradaban Islam di Asia
Sebelum datangnya Islam, masyarakat Asia telah berpegang pada amalan Hindu, Budha dan roh nenek moyang. Yang terwujud dalam politik, ekonomi, dan sosial. Setelah Islam masuk, unsur-unsur baru yang diperkenalkan, diantaranya adalah :
1.      Pemerintahan
a.       Perubahan dalam sistem pemerintahan raja dalam sistem Islam seperti: Sultan sebagai Raja/ ketua negara dan kerajaan.
b.      Penasihat Sultan dengan sebutan  jawatan khadi, khatib, bilal, pemungut zakat, penyelia baitul mal, dan penjaga harta wakaf.
c.       Memupuk semangat persaudaraan di kalangan umat Islam.
d.      Raja Malaka diberi gelaran Khalifahtul Mukminin artinya pemimpin orang mukmin.
e.       Islam menjadi agama resmi dalam kerajaan Malaka, Brunei.
f.       Penggunaan Konsep Khalifah Allah ialah wakil Allah di bumi. Harus menunaikan amanah, dan perintah dengan adil serta menerapkan unsur Islam bagi menggantikan konsep dewa raja Hindu. Contoh : Sultan al-Zahir Samudera Pasai.
g.      Undang-undang Syariah diperkenalkan.[19]
2.      Pendidikan          
a. Sistem Pendidikan
1)      Sebelum Islam pendidikan hanya terbatas kepada golongan bangsawan saja.
2)      Selepas Islam tersebar luas kepada seluruh masyarakat. Disebarkan melalui: Istana, Pondok, Pesantren,  Madrasah, dan Surau.
3.      Pusat pendidikan awal Islam:
a.       Kerajaan Perlak di Sumatera Utara – melalui Dayah atau Pondok
b.      Samudra Pasai sebagai pusat terjemahan karya agama dan tempat rujukan   kerajaan Islam lain seperti Malaka.
c.       Pendidikan Pondok muncul awal kedatangan dan peluasan Islam di Asia    Tenggara. Seperti di Pattani, Aceh, dan Jawa.
d.      Wanita juga digalakkan belajar dan diberi peluang yang sama dengan lelaki baik dalam pemerintahan.
4.      Lembaga  Pendidikan
a.       Istana: Tempat  ulama bicara hukum dengan sultan dan pembesar , juga sampaikan ilmu dan nasihati sultan.
b.      Surau: Tempat belajar al-Quran secara tidak formal dan gurunya ajar tidak tetap.
c.       Madrasah:  Sistem pendidikan formal.
d.      Pondok: Pusat pengajian Islam terutama di Pattani dan  Melayu, di Aceh Dayah dan di Jawa dikenal dengan Pesantren.[20]
5.      Materi ajar
Fikih, Usuludin, Tasawuf, hadis, Tafsir, bahasa pengantar  yang digunakan   adalah Melayu dan Arab.[21]
6.      Cara Hidup
Sebelum Islam datang masyarakat dipengaruh oleh animisme, hindu dan buddha setelah Islam datang  berangsur-angsir hilang. Cara berpakaian Islam seperti berkerudung dan bersongkok. Sifat tolong menolong, hormat menghormati, dan berkerjasama, bersatu padu dan wujud semangat kerjasama.
7.      Kesenian
  1. Khat pada batu nisan, sebilah mata keris, dan ukiran kayu. Kreativitas masyarakat tempatan batu nisan semakin menarik seperti Batu  nisan Sultan al-Malik  Ibrahim ditulis dengan ayat al-Quran, selain syair dan makam Naina Hisham al-Din 1420M, pengaruh seni Arab Parsi.
b.      Seni pada masjid, surau, rumah kediaman guna kaligrafi arab. Seperti Masjid Ubudiah Kuala Kangsar, Masjid Brunei.[22]


[1] Ira. M. Lapidus, Sejarah sosial Ummat Islam.  Bagian kesatu dan dua, ( Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000 ), cet. II, hal. 717
[2] Ira. M. Lapidus, Sejarah…, hal 172
[3]Ira. M. Lapidus, Sejarah…, hal. 35
[4] Saifudin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, (Bandung: al-Maarif, tth), hal.  88
[5]Dudung Abdurrahman. Sejarah Peraadaban Islam: dari masa klasik hingga moder, ( Yogyakarta: Jurusan SPI fak. Adab Sunan Kalijaga bekerjasama dengan LESFI YOGYAKARTA, 2003), cet. ke-1, hal. 375-376.
[6]Saiful Muzani, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: Pustaka 3 LP3ES Indonesia, 1993), hal. 27
[7]Saiful Muzani, Pembangunan…, hal. 29.
[8]Subaguk, Sejarah Peradan di Asia Tenggara, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2000), hal. 32
[9]Subaguk, Sejarah…, hal. 64
[10]Subaguk, Sejarah…, hal. 65
[11]Andi Faisal Bakti, Islam and Nation Formation in Indonesia. ( Jakarta: Logos, 2000), hal. 143-144
[12]Andi Faisal Bakti, Islam…, hal. 150
[13] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradapan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,2008), hal. 187
[14] Ahmad Ibrahim,Islam di Asia  Tenggara, (Jakarta: LP3ES,1989), hal. 45
[15] Muhammad Ibrahim dan Rusdi Sufi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam Islam di Indonesia, (Jakarta: Al-Maarif, 1989), hal. 102
[16] Badriyatim, Sejarah Peradaban Islam, , (Jakarta: Grafindo Persada, 2000), hal. 201

[17] Ahmad al-‘Usairy. Sejarah Islam. ( Jakarta : AKBAR MEDIA, 2012), hal. 508
[18] Hasjmi.Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia.( Jakarta: P.T. Al-Maarif, 1981),  hal. 375
[19]Badriyatim, Sejarah…, hal. 115
[20]Hanun Asrofah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 45
[21] Hanun Asrofah, Sejarah…, hal. 55
[22] Muhammad Ibrahim dan Rusdi Sufi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam Islam di Indonesia, (Jakarta: Al-Maarif, 1989), hal. 130

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. Sejarah Peraadaban Islam: dari masa klasik hingga modern. Yogyakarta: Jurusan SPI fak. Adab Sunan Kalijaga bekerjasama dengan LESFI Yogyakarta. 2003.
Asrofah, Hanun. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999.
Bakti, Andi Faisal. Islam and Nation Formation in Indonesia. Jakarta: Logos, 2000
Badriyatim, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Grafindo Persada, 2000
Hasjmi. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia.Jakarta: P.T. Al-Maarif, 1981
Ibrahim, Ahmad. Islam di Asia  Tenggara. Jakarta: LP3ES, 1989
Ibrahim, Muhammad. Sufi, Rusdi. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam Islam di Indonesia. Jakarta : Al-Maarif, 1989
Lapidus, M. Ira. Sejarah sosial Ummat Islam.  Bagian kesatu dan dua. Yogyakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000. cet. II,
Muzani, Saiful. Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta : Pustaka 3 LP3ES Indonesia, 1993.
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradapan Islam. Bandung : Pustaka Setia, 2008
Subaguk. Sejarah Peradan di Asia Tenggara. Jakarta : Gelora Aksara Pratama, 2000
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2008
Zuhri, Saifudin. Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia. Bandung : al-Maarif, tth.


No comments:

Post a Comment

Adbox