Terorisme di Indonesia seakan menjadi masalah yang tidak
pernah pupus. Seiring banyaknya para teroris yang ditangkap, namun juga masih banyak
generasi-generasi teroris yang malang melintang memberikan teror kepada
masyarakat Indonesia seperti beberapa hari lalu. Dengan kejadian kemarin,
banyak masyarakat mengecam tindakan teror tersebut dan menyatakan tidak takut
dengan terorisme. Tidak ketinggalan juga
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) mengeluarkan panduan untuk para guru dalam menangani masalah
terorisme.
Kemendikbud segera menerbitkan panduan bagi para guru dan
orangtua dalam membicarakan kejahatan terorisme dengan siswa dan anak-anak,
terkait dengan peristiwa teror yang terjadi di Jakarta, Kamis (14/01).
“Dalam situasi seperti ini, orang tua dan guru perlu
membantu anak-anak kita mencerna dan menanggapi peristiwa teror ini,” kata
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan di Jakarta, Kamis
(14/01). Mendikbud meminta semua pihak membantu menyebarluaskan panduan singkat
bagi para guru dan orangtua dalam membicarakan kejahatan terorisme dengan siswa
dan anak-anak mereka.
Panduan singkat itu terdiri dari dua bentuk. Pertama panduan
untuk guru dalam berbicara dengan siswa tentang kejahatan terorisme. Kedua,
panduan bagi orangtua untuk bicara terorisme dengan anaknya.
Dalam panduan itu para guru diharapkan melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1.
Sediakan waktu bicara pada
siswa tentang kejahatan terorisme. Siswa sering menjadikan guru tempat mencari
informasi dan pemahaman tentang apa yang sedang terjadi.
2.
Bahas secara singkat apa
yang terjadi, meliputi fakta-fakta yang sudah terkonfirmasi. Jangan membuka
ruang terhadap rumor, isu dan spekulasi.
3.
Beri kesempatan siswa untuk
mengungkapkan perasaannya tentang tragedi/kejahatan yang terjadi. Nyatakan
dengan jelas rasa duka kita terhadap para korban dan keluarganya.
4.
Arahkan rasa kemarahan pada
sasaran yang tepat, yaitu pada pelaku kejahatan, bukan pada identitas golongan
tertentu yang didasarkan pada prasangka.
5.
Kembali pada rutinitas
normal. Terorisme akan sukses apabila
mereka berhasil mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan kehidupan
kebangsaan kita.
6.
Ajak siswa berpikir
positif. Ingatkan bahwa negara kita telah melewati banyak tragedi dan masalah
dengan tegar, gotong-royong, semangat persatuan dan saling menjaga.
7.
Ajak siswa berdiskusi dan
mengapresiasi kerja para polisi, TNI dan petugas kesehatan yang melindungi,
melayani dan membantu kita di masa tragedi. Diskusikan lebih banyak tentang
sisi kesigapan dan keberanian mereka daripada sisi kejahatan pelaku teror.
(Baca juga: Pengajaran dan Kebangsaan Menurut Ki Hajar Dewantara)
(Baca juga: Pengajaran dan Kebangsaan Menurut Ki Hajar Dewantara)
Sedangkan bagi
orangtua diharapkan dapat melakukan serangkaian hal berikut ini kepada
anak-anak:
1.
Cari tahu apa yang mereka
pahami. Bahas secara singkat apa yang terjadi, meliputi fakta-fakta yang sudah
terkonfirmasi, ajak anak untuk menghindari isu dan spekulasi.
2.
Hindari paparan terhadap
televisi dan media sosial yang sering menampilkan gambar dan adegan mengerikan
bagi kebanyakan anak, terutama anak di bawah usia 12 tahun.
3.
Identifikasi rasa takut
anak yang mungkin berlebihan. Pahami bahwa tiap anak memiliki karakter unik.
Jelaskan bahwa kejahatan terorisme sangat jarang, namun kewaspadaan bersama
tetap perlu.
4.
Bantu anak mengungkapkan
perasaannya terhadap tragedi yang terjadi. Bila ada rasa marah, arahkan pada
sasaran yang tepat, yaitu pelaku kejahatan. Hindari prasangka pada identitas
golongan tertentu yang didasarkan pada prasangka.
5.
Jalani kegiatan keluarga
bersama secara normal untuk memberikan rasa aman dan nyaman, serta tidak tunduk
pada tujuan teroris mengganggu kehidupan kita. Kebersamaan dan komunikasi rutin
sangat penting untuk mendukung anak.
6.
Ajak anak berdiskusi dan
mengapresiasi kerja para polisi, TNI dan petugas kesehatan yang melindungi,
melayani dan membantu kita di masa tragedi. Diskusikan lebih banyak tentang
sisi kesigapan dan keberanian mereka daripada sisi kejahatan pelaku teror.
7.
Panduan ini diharapkan bisa
menjadi contoh bagi orangtua dan guru dalam mendampingi anak-anak bila terjadi
peristiwa lain, yang dapat berdampak pada anak-anak, tidak hanya soal kejahatan
terorisme.
Sumber: kemdikbud.go.id
No comments:
Post a Comment