I.
PENDAHULUAN
Al
Qur’an al karim memilki kedudukan yang fundamental dalam agama Islam. Al-Qur,an
merupakan sumber hukum pertama dan yang paling utama bagi umat islam. Semua
hukum yang berlaku dalam islam tidak boleh bertentangn dengan Al-Qu’an untuk
menurunkan hukum yang lainnya.
Di
samping Alqur’an sumber hukum islam, alquran juga merupakan mukjizat nabi
Muhammad saw yang terbesar dibandingkan dengan kemukjizatan nabi Muhammad yang
lainnya atau juga bila dibandinkan dengan kemukjizatan nabi-nabi yang lain.
Kemukjizatan alqur’an belaku sepanjan zaman tanpa dibatasi oleh ruang dan
waktu. Ini tentu berbeda dengan mukjizat-mukjizat yang lainnya.
Ada
banyak aspek yang menjadikan al-Qur’an sebagai suatu mukjizat. Aspek tersebut
antara lain dari segi bahasa, isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi
pemberitaan yang gaib. Disamping aspek tersebut, banyak aspek lain yang
menunjukan kemukjizatan al-Qur’an antara lain tentang al-qur’an sebagai
petunjuk bagi umat manusia dan juga pengaruh terhadap psikologis dan jiwa
manusia baik yang mendengar, membaca atau memahaminya.
Alqur’an
adalah mukjizat abadi nabi Muhammad saw yang dengannya seluruh umat manusia dan
jin ditantang untuk membuat yang serupa alqur’an, sebuah atau sepuluh surah
yang sama dengan surah yang yang ada
didalamnya.[1]
Banyak orang-orang yang ragu terhadap kebenaran dan kemukjizatan alquran dari
zaman dahulu hingga sekarang. Banyak diantara mereka yang mengira bahwa
alqur’an hanyalah bikinan nabi Muhammad saw bukan sebagai wahyu Allah swt. Oleh
karenanya itulah Allah swt memberikan tantangan terhadap orang yang yang
meragukan al-Qur’an.
II.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka dalam pembahasan makalah kali akan dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut:
A.
Bagaimanakah Tinjauan umum tentang I’jaz al-Qur’an?
B.
Apa Tujuan dan Peranan I’jaz al-Qur’an?
C.
Bagaimanakah Tahapan dan kadar Mukjizat al-Qur’an?
D.
Apa sajakah Macam-macam Kemukjizatan al-Qur’an?
III.
PEMBAHASAN
A.
Tinjauan umum tentang I’jaz al-Qur’an
Kata mukjizat terambil dari kata bahasa arab اعجز(a’jaza) yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu.
Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz dan apabila kemampuannya melemahkan
pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkan lawan, ia dinamai معجزة (Mu’jizat). Oleh pakar
islam, Mukjizat didefinisikan sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang
terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang
ditantangkan bagi yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa,
namun mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut.[2]
Jika kita berkata “Mukjizat Al-Qur’an”, ini berarti mukjizat
tersebut merupakan mukjizat yang dimilki atau yang terdapat di dalam Al-Qur’an,
bukannya bukti kebenaran yang datang dari luar Al-Qur’an atau faktor luar.
Para ulama menegaskan bahwa al-Qur’an dapat dipahami sebagai nama
keseluruhan firman Allah tersebut, tetapi juga dapat bermakna sepenggal dari
ayat-ayat-Nya. Dalam konteks kemukjizatan Al-Qur’an. Maka yang dimaksud dengan
al-Qur’an adalah minimal satu surah pendek, atau tiga ayat, atau satu ayat yang
panjang seperti ayat “al-Kursi”.[3]
Kemukjizatan alqur’an meliputi banyak aspek mulai dari kebahasaan,
astronomi, geografi, kedokteran dan lain sebagainya. Kemukjizatan al-Qur’an
terus tergali seiring dengan berkembangnya zaman dengan semakin majunya ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan ditemukannya penemuan-penemuan ilmiah tentang
alam jagat raya ini dan penemuan lainnya, ternyata telah lebih dahulu
diungkapkan oleh al-Qur’an sejak beberapa abad yang lalu sebelum berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini. Sehingga muncullah I’jaz
ilmi (yang berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).
B.
Tujuan dan Peranan I’jaz al-Qur’an
Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Keluarbiasaan
yang tampak atau terjadi melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan Tuhan.
Mukjizat walaupun dari segibahasa berarti melemahkan, sebagaimna disebutkan
tadi, ia sama sekali tidak dimaksudkan untuk melemahkan atau membuktikan
ketidakmampuan yang ditantang. Mukjizat ditampilkan oleh Tuhan melalui hamba-hamba
pilihannya untuk membuktikan kebenaran ajaran ilahi yang dibawa oleh
masing-masing nabi. Jika demikian halnya pasti mengandung dua konsekuensi.[4]
1.
Pertama, bagi yang telah percaya kepada nabi, maka ia tidak lagi
membutuhkan mukjizat. Mukjizat yang dialaminya hanya berfungsi segai penguat
keimanan serta keyakinan akan kekeuasaan Allah swt.
2.
Kedua, para nabi sejak Adam a.s. hingga isa a.s. diutus untuk suatu
kurun tertentu serta masyarakat tertentu. Tantangan yang mereka kemukakan
sebagai mukjizat pasti tidak dapat dilakukan oleh umatnya. Keberadaan mukjizat
ini sebagai bentuk tantangan bagi mereka yang meragukan kebenaran kenabiannya
tersebut.
Setiap Rosul
mempunyai mukjizat yang sesuai dengan keadaan kaum dan masa risalahnya.
Rosul-rosul sebelum nabi Muhammad saw diutus hanya untuk suatu kaum tertentu
dan masa tertentu.[5]
Ketika manusia menyelewengkan (mengubah) agama Allah, Dia mengutus seorang
Rosul lain dengan agama yang diridhoi-Nya beserta mukjizat-Nya yang baru.
Ketika Allah mengakhiri kenabian dengan nabi Muhammad saw, Dia menjamin untuk
menjaga agamanya dan menguatkannya dengan bukti terbesar yang selalu ada di
antara manusia hingga akhir zaman yaitu dengan menurunkannya al-Quran. Al-Qur’an
merupakan wahyu allah swt dan merupkan salah satu mukjizat yang diberikan
kepada nabi Muhammad saw. Sebagaimana firman Allah swt dalam Surah Al-Ankabut:
50-51
“Dan orang-orang
kafir Makkah mengatakan’ “Mengapa kepadanya tidak diturunkan mukjizat-mukjizat
dari Tuhannya? Katakanla: “Sesungguhnya mukjizat-mukjizat tersebut terserah
kepad Allah, dan sesungguhnya (Muhammad) hanyalah seorang pemberi peringatan
yang nyata. Dan apabila tidak cukup bagi mereka bahwa kami telah menurunkan
kepadamu Alkitab (al-Qur’an) dan ia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya di
dalam Al-Qur’an rahmat yang besar dan peringatan bagi orang-orany yang beriman.”
C.
Tahapan dan Kadar Mukjizat al-Qur’an
Ada empat tahapan dan kadar Mukjizat terhadap orang-orang yang
meragukan tentang kebenaran Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya.
Pertama kali Allah swt menantang untuk membuat semacam keseluruhan
al-Qur’an sebagaimana yang dipahami dari surah At-Thur (52):33-34;
“Ataukah
mereka menyatakan bahwa di (Muhammad) membuat-buatnya. Sebenarnya mereka tidak
beriman, maka hendaklahmereka mendatangkanucapan semisal Al-Qur’an jika mereka
orang-orang yang benar (dalam tuduhan mereka)”
Dalam tantangan pertama ini mereka tidak sanggup untuk
melakukannya. Mereka berdalih bahwa mereka tidak mengetahui sejarah umat
terdahulu (yang merupakan salah satu bagian kandungan dalam al-Qur’an). Karena
tantangan pertama ini tidak mampu untuk dilayani oleh mereka yang meragukannya,
maka Allah swt meringan tantangan tersebut dengan tantangan yang kedua.
Tantangan kedua sebagaimna tercantum dalam surah Hud (11):13,
“Bahkan
mereka mengatakan, “Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al-Qur’an, (lalu
dikatakannya bahwaitu dari Tuhan). “Katakanlah, ‘(kalau demikian) maka
datangkanlah sepuluh surat sajayang dibuat-buat yang menyamainyadan panggillah
orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain Allah jika kamu memang benar
(dalam tuduhan kamu)”
Setelah tantangan kedua ini pun tidak sanggup mereka hadapi dan
mereka bersikeras tidak mau mengakui kebenaran al-Qur’an dan masih menganggap
bahwa al-Qur’an hanyalah bikinan Muhammad saja, maka datanglah tantangan yang
ketiga. Dalam tantangan yang ketiga ini, tantangannya lebih ringan daripada dua
tantangn sebelumnya sebagaimna yang diterangkan dalam Al-Qur’an Surah Yunus
(10): 38,
“Atau
patutkah mereka berkata, “ Dia (Muhammad) membuat-buatnya? “Katkanlah (kalau
benar tuduhan kamu itu), maka buatlah saru surah semacamnya dan panggillah
siapapun yang dapat kamu panggil selain Allah, jika kamu benar (dalam
tuduhanmu)”.
Tiga tahapan tantangan tersebut, yang kesemuannya disampaikan Nabi
Muhammad saw ketika masih berada di Makkah. Masih ditambah lagi dengan
tantangan yang keempat yang kali ini dikemukakakn ketika Nabi saw telah
berhijrah ke Madinah. Tantang nabi tersebut telah dibadikan oleh al-Qu’an dalam
Suarh Al-Baqarah(2):23,
“Dan jika kamu
(tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang kami turunkan kepada hamba kami
(Muhammad saw), buatlah walu satu surah yang lebih kurang semisal Al-qur’an. Ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah jika kamu memang orang-orang yang benar (dalam
keraguan kamu)”
Ayat 23 surah Al-Baqarah ini hampir mirip redaksinya dengan Surah
Yunus ayat 38. Perbedaann kedua ayat ini terletak pada penggunaan kata min dalam
Surah Al-baqarah ayat 23. Min disini diartika sebagai “kurang lebih”,
sehingga tantangan ini lebih ringan daripada tantangan sebelumnya yang menuntut
untuk membuat sesuatu yang bobotnya sama dengan al-Qur’an.
Semua tahapan tantangan tersebut, tidak ada satupun tantangan yang
berhasil dilayani. Memang sejak awal telah menegaskan bahwa,
“Katakanlah (hai Muhammad),
“sSesungguhnya jika manusiadan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
Al-Qur’an ini, niscaya tidak akan dapat mebuat yang seripa dengannya sekalipun
sebagian merka menjadi pembantu sebagian yang lain”.
Setelah semua tantang itu tidak ada satupun yang bisa dilakukan,
maka Allah swt menutup pernyataan dengan sangat tegas dan jelas yang tidak
hanya ditujukan kepada mereka yang hidup pada masa turunnya al-Qur’an, tetapi
juga ditujukan kepada seluruh umat manusia yang meragukan tentang kebenarana
al-Qur’an
“Maka,
jika kamu tidak dapat membuat (semacam al-qur’an) dan pastikamu tidak akan
mampu, peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu yang disediakan bagi orang-orang kafir”.
Tantangan yang sangat jelas dan tegas ini tidak mungkin dilakukan
oleh seorang manusia biasa yang menantang seluruh umat manuasia dan jin dari
zaman dulu hingga akhir zaman. Hal ini hanya mugkin dilakukan oleh suatu dzat
yang maha kuasa dan dan tak terbatas sgala ilmu pengetahuannya. Hal ini
mengaskan bahwa al-Qur,an merupkan wahyu allah swt dan merupkan salah satu
mukjizat yang diberikan kepada nabi Muhammad saw. Sebagaimna firman Allah swt
dalam Surah Al-Ankabut: 50-51
“Dan orang-orang
kafir Makkah mengatakan’ “Mengapa kepadanya tidak diturunkan mukjizat-mukjizat
dari Tuhannya? Katakanla: “Sesungguhnya mukjizat-mukjizat tersebut terserah
kepad Allah, dan sesungguhnya (Muhammad) hanyalah seorang pemberi peringatan
yang nyata. Dan apabila tidak cukup bagi mereka bahwa kami telah menurunkan
kepadamu Alkitab (al-Qur’an) dan ia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya di
dalam Al-Qur’an rahmat yang besar dan peringatan bagi orang-orany yang beriman”.
D.
Macam-macam Kemukjizatan al-Qur’an
I’jaz alqur’an terdiri dari beberapa macam. Diantara I’jaz alqur’an
adalah I’jaz balaghi, I’jaz mengenai berita gaib, I’jaz tasyri’i
(perundang-undangan) dan I’jaz ilmi dengan berbagai macamnya seperti I’jaz
al-thibbi (kedokteran), I’jaz al-falaki (astronomi), I’jaz al-jughrafi
(geografi), I’jaz at-thabi’I (fisika),
I’jaz ‘adadi (jumlah), I’jaz I’lami (informasi) dan I’jaz lain-lainnya.[6]
1.
Di tinjau dari segi balaghi (kebahasaan)
Kalimat-kalimat
dalam al-Qur’an adalah kalimat-kalimat yang menakjubkan, yang berbeda sekali
dengan kalimat yang dliuar al-Qur’an. Ia mampu mengeluarkan sesuatu yang
abstrak kepada fenomena yang dapat dirasakan sehingga di dalamnya dapat
dirasakan ruh dinamika.[7]
Al-jahidh memandang bahwa rahasia I’jaz al-Qur’an pada susunan bahsanya yang indah dan pada
komposisinya yang menakjubkan. Mengenai hal ini mengatakan bahwa al-Qur’an
adalah kalam yang berbeda dengan seluruh kalam yang lain, baik puisi maupun
prosa. Al-Qur’an merupakan kalam yang tidak bersajak yang berbeda dengan syair
dan sajak.
Menurut
Quraish Shibab dalam bukunya Mukjizat Al-Qur’an, ada banyak aspek kebahasaan
yang menjadikan al-qur’an sebagai mikjizat.
Aspek kindahan bahasa alqur’an bisa dilhat dari beberapa hal antara lain
nada dan langgamnya, isinya singkat dan padat, memuaskan para pemikir dan orang
kebanyakan, memuaskan akal dan jiwadan yang terakhir keindahan dan ketepatan
maknanya.[8]
2.
Isyarat-isyarat ilmiah al-Qur’an
Ada
banyak isyarat-isyarat ilmiah di dalam al-Qur’an yang telah dibuktikan melalui
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Isyarat-isyarat ilmiah tersebut antara
lain dalam bidang astronomi, reproduksi, biologi, fisika, geografi dan lain
sebagainya sebagaimana yang diterangkan oleh Dr. Nadiah Thayyarah dalam bukunya
“ Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an, Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Tuhan”.
Dalam buku tersebut, Dr. Nadiah Thayyarah diterangkan secara mendetail
fakta-fakta ilmiah yang terdapat dalam al-Qur’an.
a.
Rotasi Bumi
“Dan kamu Lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di
tempatnya, Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan
Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Sejak
semula manusia beranggapan bahwa bumi tempat mereka berpijak adalah pusat alam
semesta dan tidak bergerak. Gugusan bintang-bintang di langitlah yang bergerak
mengelilingi bumi. Teori ini dikenal dengan nama heliosentris yang bertahan
lebih kurang 1.300 tahun lamanya.[9].
Baru akhirnya sekita abad ke 17, Keppler, seorang ilmuwan menemukan bukti
ilmiah bahwa segala sesuatu yang ada di mayapada, seperti bintang dan planet-planet,
berotasi dan berevolusi di lintasannya sendiri.
b.
Sidik jari dan kepribadian manusia
“Aku
bersumpah demi hari kiamat, Aku aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya
sendiri). Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali)
tulang belulangnya?. Bukan demikian, sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali)
jari jemarinya dengan sempurna.(al-Qiyamah:1-4)”
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil mengungkap rahasia
di balik sidik jari pada abad ke-19. Terungkap bahwa garis-garis halus yang ada
di ujung jari (banan) seseorang berbeda dengan yang dimilki oleh orang lain. Di
sana ada tiga jenis garis , garis melengkung, garis melingkar dan garis
meliuk-liuk atau garis kompleks karena tersusun dari beragam bentuk garis.
c.
Saudara sepersusuan haram dinikahi
3.
Pemberitaan ghaib al-qur’an
a.
Berita tenggelam dan selamatanya badan Fir’aun
“Dan
Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun
dan bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas (mereka); hingga
bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya
bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan
saya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". Apakah
sekarang (baru kamu percaya), Padahal Sesungguhnya kamu telah durhaka sejak
dahulu, dan kamu Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini
Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang
yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan kami”.
Yang perlu digaisbawahi dalam konteks pembicaraan ini adalah “Maka
pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang sesudahmu”.
Memang orang mengetahui bahwa Fir’aun tenggelam dilaut merahketika
mengejar nabi Musa, tetapi menyangkut keselamatan badannya dan menjadi
pelajaran bagi generasisesudahnya merupakan satu hal yang tidak diketahui siapa
pun pada masa nabi Muhammad saw, bahkan tidak disinggung oleh Kitab Perjanjian
Lama atau Perjanjian baru.
b.
Kemenangan Romawai setelah kekalahannya
“Alif
laam Miim (1). telah dikalahkan bangsa Rumawi (2). Di negeri yang
terdekat[1162] dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang (3). Dalam
beberapa tahun lagi[1164]. bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka
menang). dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang
yang beriman, (4) Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya.
dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang (5)”.
Pada abad kelima dan keenam masehi terdapat dua kerajaan adikuasa,
Romawi yang beragama Kristen dan Persia yang beragama menyembah api. Persaingan
antara keduanya dalam perebutan kekuasan dan pengaruh amat keras. Bahkan
peperangan sering tak terhindarkan.
Pada tahun 614 M terjadi peperangan antara kedua kerajaan tersebut
dengan kekalahan Romawi. Ketika itu kaum muslimin di ejek kaum musyrik Mekkah
karena mengharapakan kemenangan Romawi. Kemudia Allah menghibur mereka dan
turunlah syat tersebut. dan sejarah menginformasikan bahwa setelah tujuh tahun
kekalahannya, tepatnya pada tahun 622 M, terjadi lagi peperangan keduanya dan
kemudian dimenangkan oleh Romawi.
4.
I’jaz ‘Adadi
Adanya
I’jaz ‘Adadi dalam al-Qur’an telah terbukti dan telah diketahui secara luas
oleh umat islam khususnya dan oleh dunia ilmu pengetahuan pada umumnya. Dr.
Rasyifa menemukan angka kunci 19 dalam sistem hitung Al-Qur’an. Penemuan ini
diawali dengan perhitungan huruf-huruf penyusun lafadz basmalah. Sementara
Rosman Lubis menemukan angka kunci yang lain sebagi pasangan dari 19 yaitu
angka 11.[10]
Sedangkan Abu Zahra menemukan kesesuain antar makan yang terkandung dalam suatu
kata dengan banyak pengulangan kata tersebut dalam Al-Qur’an.
Ada
kata-kata yang jumlah kata tersebut dalam Al-Qur’an sama dengan makna yang
terkandung dalam kata tersebut[11].
contoh kata sa’ah dusebutkan sebanyak 24 kali karena jumlah jam dalam
sehari adalah 24 jam. Kata samawi yang
berarti langit yang berkaitan dengan kata sab’u, diulang sebanyak tujuh
kali. Kata sujud dalam al-qur’an diulang sebanyak 34 kali. Ini sesuai
dengan jumlah sujud dalam sehari, karena setiap hari melakukan 17 rakaat.
IV.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut bisa disimpulkan bahwa
1.
Al-Qur’an, selain sebagai kitab suci juga merupakan Mukjizat Nabi
Muhammad saw yang terbesar sebagi bukti kerisalahannya hingga akhir zaman.
2.
Tujuan dan Fungsi I’jaz al-Qur’an adalah sebagai jawaban dan
tantangan bagi orang yang meragukan Kerasulan Nabi Muhammad saw dan bagi orang
yang beriman, al-Qur’an sebagi penguat keimanan dan keyakinan mereka kepada
Allah swt
3.
Ada empat tahapan dan kadar tantangan kemukjizatan al-qur’an
terhadap orang yang meragukan kebenaran al-qur’an yang dipertegas dengan
tantangn kepada seluruh umat manusia di seluruh alam hingga akhir zaman
4.
Banyak aspek I’jaz al-Qur’an antar lain I’jaz balaghi, I’jaz
mengenai berita gaib, I’jaz tasyri’i (perundang-undangan) dan I’jaz ilmi dengan
berbagai macamnya
B.
SARAN
Demikianlah makalah ini saya persembahkan. Tentunya masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penyususnan makalah ini mengingat keterbatasan
penulis sebagai manusia biasa yang tidak biasa terlepas dari skhilaf dan salah.
Kritik dan saran dari pembaca yang konstruktif sangat penulis harapkan sebagai
bahan evaluasi agar selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
An-Najdi, Abu
Zahra An- Najdi, Al quran dan Rahasia Angka-Angka, Bandung, Pustaka
Hidayah,1996.
Lubis, Rosman, Keajaiban
Angka 11 dalam Al-Qur’an, Jakarta, Pustaka Al-kautsar, 2001
Majid, Abdul. Mukjizat
Ilmiah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah dalam IPTEK, Jakarta, Gema Insani Press, 1997
Shihab, M. Qurais
Shihab. Mukjizat Al-Qur’an di tinjau dari Aspek kebahasaan, Isyarat Ilmiah
dan Pemberitaan Gaib, Bandung, Mizan, 2014
Thayyarah,
Nadiah. Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an,Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman
Allah, terj. M. Zainal Arifin dkk, Jakarta, Zaman, 2014
[1] Abu
Zahra An- Najdi, Al quran dan Rahasia Angka-Angka, Bandung, Pustaka
Hidayah,1996. hlm 17
[2] M. Qurais
Shihab. Mukjizat Al-Qur’an di tinjau dari Aspek kebahasaan, Isyarat Ilmiah
dan Pemberitaan Gaib, Bandung, Mizan, 2014, hlm. 25
[3] M. Qurais
Shihab. Mukjizat Al-Qur’an di tinjau dari Aspek kebahasaan, Isyarat Ilmiah
dan Pemberitaan Gaib, hlm. 45
[4] M. Qurais
Shihab. Mukjizat Al-Qur’an di tinjau dari Aspek kebahasaan, Isyarat Ilmiah
dan Pemberitaan Gai, hlm. 35.
[5]
Abdul Majid. Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam Mukjizat
Ilmiah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam IPTEK, Jakarta, Gema Insani
press, 1997, hlm 19
[6] Abu
Zahra An- Najdi, Al quran dan Rahasia Angka-Angka, hlm 23
[7] Abu
Zahra An- Najdi, Al quran dan Rahasia Angka-Angka, hlm 29
[8] M. Qurais Shihab. Mukjizat Al-Qur’an di tinjau dari Aspek
kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gai, hlm. 123-126
[9]
Nadiah Thayyarah. Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an,Mengerti Mukjizat Ilmiah
Firman Allah, terj. M. Zainal Arifin dkk, Jakarta, Zaman, 2014, hlm 449
[10]
Rosman Lubis, Keajaiban Angka 11 dalam Al-Qur’an, Jakarta, Pustaka
Al-kautsar, 2001, hlm 1-2.
[11] Abu
Zahra An- Najdi, Al quran dan Rahasia Angka-Angka, hlm. 72
No comments:
Post a Comment